REPUBLIKA.CO.ID, Cerita tentang kemuliaan Abu Bakar RA patut dijadikan contoh dan kian langka pada masa dekadensi moral seperti sekarang. Dia rela melumuri seluruh tubuhnya dengan kotoran agar perempuan yang minta ditidurinya kehilangan selera.
Setelah melumuri tubuhnya dengan kotoran yang sangat bau, sepanjang hidupnya, Allah SWT menggantinya dengan memberi wangi pada tubuhnya. Bahkan, wangi seperti minyak kasturi. Sampai pemuda itu meninggal dunia, kuburannya tetap wangi.
Alkisah, ketika itu, daerah tempat Abu Bakar berdagang panas sekali, teriknya matahari membuat daerah itu sepi seperti tidak berpenghuni. Semua orang sepertinya lebih memilih berada di dalam rumah daripada berada di luar pada saat matahari tepat di ubun-ubun. Tidak ada respons meski dia sudah berkali-kali berteriak menawarkan dagangannya.
"Faraqna-faraqna," teriak Abu Bakar.
Biasanya, cukup satu dua kali menyebutkan jenis kain yang dia jual, orang langsung menyambut keluar. Kebanyakan memang orang tidak membeli. Mereka hanya ingin sekadar mendengar dari dekat suara Abu Bakar yang sangat khas.
Selain memiliki suara yang merdu, Abu Bakar juga memiliki wajah tampan. Sehingga, tidak heran ketika itu banyak wanita yang merespons dagangannya, akan tetapi tidak sedikit juga pria.
Rasa lapar dan haus mulai mendera, namun Abu Bakar tetap melanjutkan langkahnya. Dia terus berteriak menawarkan kain faraqna. Kain faraqna ketika itu merupakan salah satu barang mewah yang dijual dengan cara door to door.
Ketika suara merdunya mulai sumbang karena kelelahan, untuk menyuarakan tawaran terakhirnya sebelum memutuskan untuk istirahat di suatu tempat, dia mendengar suara nyaring.
"Faraqna-faraqna." Terdengar suara itu seperti merespons tawaran Abu Bakar.