REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ortopedis Spine Indonesia, Didik riyanto Librianto, mengatakan dunia medis tidak mengenal yang pengobatan chiropractic. Pengobatan model ini justru dianggap berbahaya oleh dunia kedokteran.
"Kalau bidang kedokteran tidak boleh geser-geser tulang," ujar dia, Jumat (8/1).
Dia mengatakan kalau chiropractic merupakan bagian dari pengobatan tradisional luar negeri, dari Cina, Mesir dan negara lainnya. Namun tidak jarang, metode pengobatan Chiropractic memakan korban jiwa atau mengakibatkan stroke.
Tata laksana pengobatan ala chiropractic dijelaskannya memanipulasi leher orang dengan tiba-tiba menariknya. Sehingga mungkin tiba-tiba bergeser dan terjadi kelumpuhan atau stroke. Di dunia korban akibat chiropractic telah terjadi berulang kali.
Untuk penanganannya sakit tulang belakang, dia menyarankan tidak memperbolehkan melakukan pengobatan dengan chiropractic. Kemudian, dia mengatakan lebih baik mereka yang mengalami sakit tulang harus dibawa ke dokter ortopedi.
"Penanganannya pergi ke dokter ortopedi dimana saja. Sebaiknya berobat ke dokter, ada masalah atau tidak," tutur dia.
Sebab dokter ortopedi atau ahli spesialis tulang yang dapat memutuskan pasiennya terkena penyakit apa. Dengan terlebih dahulu melakukan sejumlah investigasi, seperti ronsen, MRI, CT scan, dan berbagai macam pemindaian lain.