Rabu 13 Jan 2016 19:19 WIB

Din: Gafatar Berbeda dengan ISIS

Rep: C35/ Red: Bayu Hermawan
Din Syamsuddin
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Din Syamsuddin menilai Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) tidak terlepas dari figur yang mengaku nabi palsu, Ahmad Moshaddeq, yang sudah dipenjara sekitar 2,5 tahun, dan kini sudah dibebaskan. Kemudian bergabung dengan kelompok lain yang menamakan dirinya Milatul Ibrahim.

"Ini memang sebuah istilah dalam Alquran sebagai agama Ibrahim as., yang merupakan bapak tauhid, atau monoteisme, pangkal dari agama samawi sekarang ini, yakni Yahudi, Nasrani dan Islam," ujarnya usai konferensi pers di Hotel Century Park, Jakarta, Selasa (12/1).

Akan tetapi, Ketua Umum Dewan Pertimbangan MUI ini menyatakan ajaran ini menampilkan sintesisme agama yang menyatukan agama-agama langit tersebut (Yahudi, Nasrani dan Islam) dan pada saat yang sama menyimpang atau menyelewengkan ajaran-ajaran tertentu.

Seperti dalam ibadah-ibadah wajib umat Islam, menurut ajaran mereka tidak wajib melaksanakan sholat, puasa dan berhaji. Ini sebuah bentuk paham yang sesat.  Ketika ditanya hubungan gerakan ini dengan ISIS, dia meyakini Gafatar berbeda dengan ISIS. Karena yang satu ingin mendirikan negara Islam dan yang satu mengajarkan sintesisme agama.

"Saya tidak punya data untuk menyamakan Gafatar dengan ISIS. Tetapi kasus milah ibrahim ahmad mosadeq ini lebih dahulu ada ketimbang ISIS, dan menurut saya berbeda," ujarnya.

Gafatar yang mengajarkan sintesisme agama ini bahkan menurut Din juga mengajarkan kepada pengikutnya unthmuk tidak menghormati orang tua biologis mereka. Sedangkan yang wajib untuk mereka hormati adalah orang tua ideologis mereka. Hal inilah yang membuat Gafatar mudah melakukan persuasi kepada anak muda yang masih labil.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement