REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi daerah yang terkenal sebagai lumbung padi. Keseriusan Sulsel untuk menjadi penghasil beras terbesar di Indonesia pun kembali diwujudkan dalam pengadaan lahan sawah baru.
Melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sulsel fokus pencetakan sawah baru. Tahun ini rencananya akan ada 10.400 hektare sawah yang dicetak.
Kabid Sarana dan Prasatana Dinas Pertanian Sulsel Hermanto mengatakan, Pemprov Sulsel miliki anggaran dari APBN, dengan total dana mencapai pencetakan sawah baru mencapai RP 206,7 miliar. Sejauh ini daerah yang dipersiapkan yaitu 11 Kabupaten
Kabupaten Luwu Utara terbanyak dengan jatah sawah baru 2.500 hektare. Disusul Wajo 2.000 hektare, lalu Bone 1.500 hektare. Luwu dan Jeneponto sama-sama mendapat jatah 1.000 hektare. Barru, Pinrang, dan Sidrap sama-sama 500 hektare. Terakhir Luwu Timur, Soppeng, dan Selayar sama-sama 300 hektare. "Setiap hektare nilai anggarannya Rp 16,5 juta," ujar Hermanto, Selasa (18/1).
Saat ini, Hermanto mengatakan, total sawah Sulsel sebanyak 630 ribu haktare. Jumlah ini telah bertambah setelah di tahun 2015, Pemprov Sulsel juga melakukan pencetakan pencetakan sawah baru di dua daerah. Yakni Pinrang 1.000 hektare dan Wajo 1.500 hektare.
Kabid Produksi Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Sulsel, M Aris Mappeangin menyebutkan, Pemprov Sulsel telah menargetkan pencapaian produksi padi mencapai 5,7 juta ton di tahun 2016. Angka ini meningkat dari tahun 2015 yang mencapai produksi padi di angka 5,5 juta ton.
Sementara untuk jagung, dari capaian produksi tahun ini sebesar 1,5 juta ton, naik targetnya menjadi 1,7 juta ton. Lalu, untuk kedelai dari capaian 69 ribu ton ditarget naik tahun ini mencapai 80 ribu ton.
"Selain upaya perluasan melalui pencetakan sawah baru, juga kita dorong peningkatan luas tanam. Sawah yang tadinya tanam sekali didorong menjadi dua kali, dan dua kali menjadi tiga kali setahun," papar Aris.