REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Jawa Barat, menarik buku panduan belajar anak Taman Kanak-kanak (TK) yang diduga bermuatan radikal dan ajakan jihad.
"Kami mendapat laporan dari masyarakat tentang adanya buku yang tidak pantas untuk anak-anak TK," kata Kepala Bidang Pendidikan Non Formal dan Informal, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok, Dadang Supriatna, di Depok, Sabtu (23/1).
Ia menyebut, ini bukan penemuan kali pertama ditemukan buku yang dinilai tidak tepat untuk digunakan siswa TK. "Kami telah menemukan pada November 2015. Sejak mendapatkan laporan itu, pihaknya langsung menyita buku-buku dari TK Semai Benih Bangsa Baiturahman, Kecamatan Cilodong.
Ia menjelaskan buku tersebut merupakan buku panduan membaca, namun tidak semua TK menggunakannya. Dalam beberapa istilah yang digunakan dalam buku tersebut dianggap tidak tepat untuk dijadikan pembelajaran membaca siswa TK.
"Ada istilahnya yang tidak pantas untuk anak-anak TK," katanya.
Hingga kini Disdik telah menarik sebanyak 175 buku yang merupakan buku yang dicetak 1999 dan sekarang sudah cetak sebanyak 167 kali. Dikatakannya, untuk anak usia dini seharusnya lebih diajari berkreasi bukan membaca.
"Kosakatanya tidak lazim dikenalkan pada anak TK, tapi kami belum berani mengatakan bahwa buku itu mengajarkan paham radikal," ujarnya.
Berdasarkan hasil temuan, dalam buku tersebut banyak kata yang tidak layak dikenalkan pada anak-anak. Beredarnya buku pelajaran tingkat TK yang mengandung unsur radikalisme terjadi di wilayah Depok terungkap oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor berdasarkan laporan dari masyarakat.
Dalam penelusuran, buku pelajaran tersebut dicetak di Solo, Jawa Tengah. Buku dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis. Terdapat kalimat berbunyi 'Selesai-Raih-Bantai-Kiyai'. Terdapat sekitar 32 kalimat yang mengarah pada tindakan radikalisme di antaranya 'sabotase', 'gelora hati ke Saudi', 'bom', 'Sahid di medan jihad', dan 'cari lokasi di Kota Bekasi'.
Ada juga kalimat dan kata-kata yang mengandung radikalisme seperti rela', 'basoka dibawa lari', 'selesai raih bantai kiyai', dan 'kenapa fobia pada agama'.