REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog lulusan Universitas Indonesia (UI) Tika Bisono menjelaskan, banyak penelitian menyimpulkan masalah hormonal atau gen minim menyumbang penyimpangan preferensi seksual.
Sebagian besar, katanya, justru karena faktor pengasuhan, yakni lingkungan dan pergaulan. Tika menyebut, seorang remaja yang tengah menjalani proses akil baligh rentan terjebak dalam perilaku seksual menyimpang jika luput dari pantauan orang tua atau guru.
Dia bahkan menemukan lingkungan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kerap mengajak seseorang untuk ikut ke dalamnya. Istilahnya yaitu di-meleteki. Meletek artinya kondisi seseorang sudah menjadi LGBT.
"Ya, jadi memang di-meleteki, dibuat agar menjadi LGBT," ujarnya kepada Republika.co.id, Kamis (28/1).
Tika mengatakan, sesuai pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ), LGBT dianggap bukan gangguan kejiwaan. Meski begitu, Tika kerap menemui klien yang masih berada dalam persimpangan.
Dalam status itu, kata Tika, kliennya kerap bercerita hidupnya tidak bahagia dan kebingungan. Ia mengaku, orang-orang yang sedang berada di persimpangan semestinya bisa diperjuangkan untuk kembali normal.
"Rekan-rekan pemerhati dan orang tua perlu hadir bagi mereka yang ada di persimpangan," ujarnya.