Senin 01 Feb 2016 20:47 WIB

Eks Gafatar Berharap Ganti Rugi dari Pemerintah

Petugas membantu warga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) saat tiba di Pelabuhan Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1).  (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Petugas membantu warga eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) saat tiba di Pelabuhan Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (27/1). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) Ahmad Fauzi (25 tahun) berharap menerima ganti rugi dari pemerintah atas kerugian yang dia alami karena dipulangkan dari tempat mereka bekerja di Kalimantan Barat.

"Selama di Kalimantan Barat saya telah berinvestasi belasan juta rupiah yang saat ini sebenarnya masih saya garap," kata Ahmad Fauzi di Bekasi, Senin (1/2).

Pria yang sudah bergabung dengan Gafatar sejak 2013 itu menggarap sejumlah kegiatan yang mereka sebut sebagai program ketahanan pangan. Program itu berlangsung di Kecamatan Ela Hilir, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, di atas lahan seluas 78 hektare.

(Baca: Mantan Gafatar Asal Tasikmalaya tak Mau Pulang)

Di lokasi itu para eks Gafatar bekerja menggarap lahan untuk dijadikan lahan pertanian, kompleks perumahan, dan tambak. "Saya bekerja menggarap lahan pertanian dengan bercocok tanam sayur-sayuran dan juga menebar ribuan benih ikan lele dan mujair," katanya.

Fauzi bergabung di Blok Banten menempati rumah petak berukuran 4x6 meter persegi bersama empat rekannya yang sama-sama berasal dari Banten sejak Oktober 2015. "Rutinitas saya menggarap lahan pertanian dan tambak dimulai pukul 07.00 Wita. Pukul 12.00 Wita kami istirahat, kembali lagi kerja pukul 13.00 Wita dan selesai sore," katanya.

Hasil bercocok tanam dan tambak itu yang dia gunakan untuk makan sehari-hari dan menyambung hidup. "Untuk keperluan makan kita bekerja sama dengan Suku Dayak. Kami ada yang tukeran beras, sayur, ikan, dan lauk pauk lainnya," katanya.

Dia mengaku belum memiliki pendapatan uang dari hasil bercocok tanam karena hasil tanam dan tambak hanya cukup untuk makan.

"Mungkin kalau sudah panen kami bisa dapat penghasilan sampai Rp 10 juta lebih dari hasil bercocok tanam dan tambak," katanya.

Hingga saat ini Fauzi mengaku mengalami kerugian atas penutupan tempat aktivitas para eks Gafatar di lokasi itu. "Saya sempat patungan dengan teman untuk membeli motor jenis Honda Revo Rp 7 juta, tapi karena dipaksa harus pulang, harta benda saya termasuk motor terpaksa dijual murah Rp 5 juta kepada warga di sana," katanya.

Dia berharap pemerintah dapat mengganti kerugian tersebut untuk dirinya memulai hidup baru lagi di Banten. "Saya tidak tahu mau kerja apa di Banten, karena duit sudah habis. Kemungkinan saya mau pulang ke keluarga di Purwodadi Jawa Tengah," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement