REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat Super Tucano TT-3108 jatuh di daerah permukiman warga di Malang, Jawa Timur. Akibat kecelakaan itu, tiga orang meninggal dunia, termasuk seorang warga sipil.
Atas kejadian ini, Wakil Ketua Komisi I DPR RI TB Hassanudin berharap, pemerintah dan instansi terkait segera melakukan investigasi penyebab jatuhnya pesawat latih buatan Brasil tersebut. Investigasi itu diharapkan dilakukan secara terbuka dan jujur.
Menurutnya, masih ada sejumlah pertanyaan mengenai kondisi pesawat TT-3108 tersebut. Sebab, pesawat tersebut baru menjalani perawatan dan pemeliharaan selama 300 jam. Seharusnya, menurut politikus asal PDIP itu, pesawat tersebut dalam kondisi prima.
''Teorinya ketika selesai pemeliharaan, harusnya (pesawat) dalam kondisi prima, tapi mengapa malah jatuh menukik?'' ujar TB Hassanudin kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (10/2).
Ia melanjutkan, Komisi I masih akan menunggu hasil investigasi penyebab kecelakaan tersebut. Begitu proses investigasi selesai, Komisi I rencananya akan mengundang pihak-pihak terkait guna mendiskusikan mengenai evaluasi teknis dan evaluasi pengadaan pesawat Super Tucano tersebut.
"Terlebih, harga satu unit pesawat cukup mahal. Komisi I, selesai diadakan investigasi, kami akan mengundang dan kemudian kami mendiskusikan ada apa? Karena, pesawat-pesawat itu cukup mahal. Tapi, nanti akan kami lihat dulu hasil investigasinya seperti apa,'' katanya menjelaskan.
TB menambahkan, dalam membeli delapan unit pesawat Super Tucano, Indonesia paling tidak harus menggelontorkan dana sebesar 143 juta dolar AS. Sementara, Indonesia telah memesan sekitar 16 unit pesawat Super Tucano buatan Brasil tersebut. Sejak kontrak pengadaan diteken pada 2010 silam, Indonesia telah menerima setidaknya 12 pesawat Super Tucano.