REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB) Takehiko Nakao pagi tadi, Jumat (12/2), bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Nakao menyampaikan bahwa ADB siap memberikan pinjaman dana untuk Indonesia hingga 10 miliar dolar AS untuk periode lima tahun ke depan.
Jumlah pinjaman tersebut meningkat dibanding periode 2010-2014 yang hanya 740 juta dolar AS. "Peningkatan pendanaan ADB bagi Indonesia akan mendukung program prioritas pemerintah, terutama untuk pembangunan infrastruktur fisik dan sosial," ucap Nakao.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil yang juga turut hadir menyatakan pemerintah akan memanfaatkan tawaran pembiayaan tersebut mengingat ada banyak proyek infrastruktur yang harus dibangun. Apalagi, kata dia, bunga yang ditawarkan ADB sangat rendah, yaitu kurang dari dua persen dan jangka waktu pembayarannya sampai 30 tahun.
Kendati begitu, Sofyan belum dapat menentukan proyek apa yang akan dibiayai menggunakan dana dari ADB. "Tapi yang utama itu tentu sektor energi," kata dia.
Sofyan menjelaskan, pendanaan dari ADB didesain khusus hanya untuk negara kelas menengah yang pendapat per kapitanya masih tergolong rendah. Jika Indonesia sudah masuk dalam kategori negara berpenghasilan tinggi, maka tidak akan ada lagi pinjaman dari ADB.
"Oleh sebab itu kita harus manfaatkan kesempatan ini," ujar Sofyan.