REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musisi ternama Indonesia Yovie Widianto mengakui bahwa dirinya merupakan salah satu musisi yang sering berkunjung ke desa-desa di Tanah Air.
"Empat jam yang lalu, saya masih berada di Sungai Liat, Bangka Belitung, untuk melihat perkembangan musik Dambus di sana," ujar Yovie dalam peluncuran buku "Kebangkitan Desa" di Jakarta, Kamis (25/2).
Dambus merupakan musik tradisional Melayu di Bangka yang masih tetap bertahan hingga saat ini. Musik Dambus biasanya diiringi dengan tari-tarian yang bernuansa Melayu pula. "Saya melihat, ada perbedaan yang cukup signifikan sebelum dan sesudah adanya dana desa," terang dia.
Meskipun demikian, Yovie menyebut pembangunan dana desa harus disesuaikan dengan kebutuhan desa itu, karena setiap desa memiliki keunikan yang berbeda.
Ia memberi contoh Desa Cempluk di Malang, yang berhasil menjadi desa budaya. Di desa itu diselenggarakan festival budaya selama sepekan dan dihadiri turis mancanegara. "Itu semua tanpa adanya bantuan. Sekarang, dengan adanya dana desa, saya harap semakin berkembang," harap dia.
Kebutuhan yang ada di desa, tidak hanya sekedar infrastruktur. Yovie menyebut sejumlah desa mengaku "fakir" akan jaringan internet. Padahal untuk maju dan dikenal, desa perlu terkoneksi dengan internet. Yovie yang juga pencipta lagu produktif itu menyebut para seniman akan bahu-membahu membangun desa.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mengatakan desa kerap diasosiasikan sebagai wilayah miskin, terbelakang, serta tertinggal. Sementara kota sebaliknya.
"Melalui buku ini, kami memaparkan usaha untuk mengubah anggapan itu. Desa harus menjadi lakon utama pembangunan dan stimulan pertumbuhan ekonomi nasional," tukas Marwan.