REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan, sejak kecil anggota Sat Intelkam Polres Melawi, Kalimantan Barat, yang membunuh dan memutilasi anaknya sering mengalami kerasukan. Hanya saja, kebiasaan pelaku tidak terdeteksi saat menjalani tes kejiwaan dalam rekrutmen masuk polisi.
"Memang yang bersangkutan ini sejak umur empat tahun sering mengalami semacam kemasukan atau kesurupan dan itu tidak terdeteksi masuk polisi," kata Badrodin di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (26/2).
Badrodin melanjutkan, istri pelaku sudah membenarkan jika akhir-akhir ini yang bersangkutan terlihat aneh dan sering mengigau. Karena itu, kuat kemungkinan pelaku mengalami kerasukan saat melakukan pembunuhan sadis tersebut.
"Memang istrinya juga membenarkan bahwa yang bersangkutan itu beberapa hari ini kelihatan aneh, kemudian sering mengigau semacam dikejar-kejar. Menurut penjelasan istrinya, kemungkinan kerasukan," ucap Badrodin.
Seperti diketahui, Brigadir Petrus Bakus (27), anggota Sat Intelkam Polres Melawi, Kalimantan Barat, tega membantai lalu memutilasi kedua anak kandungnya dengan sadis. Peristiwa pembunuhan sadis terhadap dua bocah balita, Fabian (4) dan adiknya, Amora (3), itu dilakukan Brigadir Petrus Bakus di rumah dinasnya, Asrama Polres Melawi, Gang Darul Falah, pada Jumat (26/2) pukul 00.15 WIB.