Senin 29 Feb 2016 15:49 WIB

Pemerintah Dorong Pengembangan Plastik Berbahan Baku Singkong

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
 Kantong belanja mulai dijual untuk menyukseskan program pengurangan kantong plastik di salah satu toko ritel Kota Bandung, Ahad (21/2). (Republika/Edi Yusuf)
Kantong belanja mulai dijual untuk menyukseskan program pengurangan kantong plastik di salah satu toko ritel Kota Bandung, Ahad (21/2). (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mendorong industri plastik biodegradable atau plastik mudah terurai yang berbasis dari sumber produk agro di dalam negeri. Menurut Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Aneka Kementerian Perindustrian Harjanto , ada salah satu industri skala menengah di Tangerang yang sudah mengembangkan plastik biodegradable berbahan baku dari singkong dan memiliki kualitas ekspor.

"Singkong hanya dihasilkan di negara tropis saja, kalau kita bisa mendorong industri ke arah biodegradable dan akhirnya bisa menjadi trendsetter dunia maka bagus buat Indonesia," ujar Harjanto di Jakarta, Senin (29/2).

Harjanto menjelaskan, kualitas produk plastik berbahan dasar singkong tersebut cukup bagus, kuat, serta tidak perlu menggunakan teknologi tinggi. Menurutnya, negara-negara maju di dunia sudah lebih dulu mengatur pengurangan kantong plastik dan mulai beralih ke kantong ramah lingkungan serta mudah terurai. Hal ini semestinya dapat menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan industri ramah lingkungan.

"Di negara maju biodegradable sudah menjadi trend. Di Indonesia industrinya sudah ada, tinggal dikembangkan saja dan diberikan insentif yang mendukung," kata Harjanto.

Untuk mengurangi limbah plastik diharapkan ada proses daur ulang dari berbagai produk plastik, seperti botol minuman maupun pembungkus makanan. Di beberapa negara maju sudah ada pengelompokkan sampah plastik berdasarkan kategori organik dan nonorganik.

Harjanto mencontohkan, di Jerman sampah plastik merupakan bagian dari satu proses industri dan bisa menjadi bahan baku untuk industri tertentu, misalnya, sampah organik bisa dijadikan energi untuk gas metan. Dengan pemanfaatan ini, pembuangan sampah yang kini sudah terbatas bisa dioptimalkan. Apalagi sampah plastik membutuhkan waktu 100 tahun untuk terurai dan hancur.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement