Jumat 01 Apr 2016 07:03 WIB

Ini Cerita Wartawan Senior Indonesia yang Bertemu PM Israel Netanyahu

Rep: Reza Irfa Widodo/ Red: Teguh Firmansyah
Jurnalis Indonesia bertemu Benjamin Netanyahu di Israel.
Foto: TimesofIsrael
Jurnalis Indonesia bertemu Benjamin Netanyahu di Israel.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kontroversi mencuat seputar kunjungan lima wartawan senior dari sejumlah media asal Indonesia ke Israel dan bertemu secara langsung dengan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. Kunjungan jurnalis senior ini dianggap kontraproduktif dengan upaya Indonesia dalam mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina dan menetang pendudukan yang dilakukan Israel.

Salah satu peserta dalam rombongan jurnalis tersebut, Heri Triyanto, mengungkapkan, kunjungan itu merupakan program dari Kementerian Luar Negeri Israel dan program rutin yang digelar setiap tahun.

Tak hanya itu, sebenarnya tidak hanya Indonesia yang diundang. Menurut Heri, dalam satu bulan ini, setidaknya ada rombongan jurnalis dari negara lain antara lain dari Georgia dan Jerman.

Heri mengakui, paling tidak butuh waktu sebulan lebih dalam mengurus segala keperluan untuk berangkat ke Tel Aviv, Israel, termasuk soal visa. Semua kebutuhan ini, termasuk undangan, diurus dan diatur oleh Kedutaan Besar Israel yang berada di Singapura. ''Kantor kemungkinan besar mendapatkan undangan itu dua pekan sebelumnya, sekitar Desember atau Januari,'' ujar Heri kepada Republika.co.id, Kamis (31/3).

Baca juga, Setelah Tolak Menlu, Netanyahu Malah Jamu Jurnalis Senior Indonesia.

Heri menegaskan, kunjungan ke Israel ini semata-mata untuk melakukan kerja-kerja jurnalistik, tidak memiliki kepentingan apapun, apalagi kepentingan atau motif-motif politik. Termasuk soal adanya upaya peningkatan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement