Senin 04 Apr 2016 00:02 WIB

Ini Bukti Penolakan Autopsi Siyono Rekayasa

Rep: Edy Setyoko/ Red: Achmad Syalaby
Pengangkatan jenazah Siyono
Foto: dok. Istimewa
Pengangkatan jenazah Siyono

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -- Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Klaten membuktikan tidak ada aksi penolakan warga terhadap pembongkaran dan autopsi jenazah almarhum Siyono (34). "Surat pernyataan penolakan outopsi itu, ternyata penuh dengan kepalsuan," ujar fungsionaris PDM Muhammadiyah, Husni Thamrin, Ahad (3/4).

Husni Thamrin membuktikan kalau surat penolakan itu palsu. Buktinya, kata dia, semua warga di dusun tersebut akomodatif. Anggota Kokam (Komando Kesiapsiagaan Pemuda Muhammadiyah) yang melakukan persiapan pelaksanaan outopsi, sejak Sabtu (2/4), dibantu sepenuhnya warga.

(Baca: Dilema Pak Kades Hadapi Autopsi Jenazah Siyono).

"Kami semalam sampai tidak bisa tidur, menyiapkan tenda di atas lokasi makam almarhum. Tenda terpal, bambu, selang, ember, air, cangkul, dan semua peralatan yang menyiapkan warga sekitar. Mereka membantu kami sampai selesai," katanya mengungkapkan.

Komandan FUI (Front Umat Islam) Kabupaten Klaten, Basyuno, membenarkan pernyataan Husni Thamrin. Sejak Sabtu malam, dia menunggu pekerja untuk menyiapkan lokasi. Warga bergotong-royong, persis seperti upacara pemakaman jenazah pada umumnya. Mereka membantu peralatan apa yang dibutuhkan anggota Kokam.

Yang membuat hati trenyuh, kata Basyuno, banyak di antara ibu-ibu kampung menyiapkan makanan. Ada yang menyuguhkan ketela rebus, pisang rebus, minuman teh dan kopi. Pokoknya, ada bahan makanan tanaman kebun, dimasak bersama. "Ini bentuk kepedulian warga terhadap keluarga almarhum," kata Basyuno.

Jadi, lanjut Basyuno, sikap penolakan tokoh masyarakat tidak terbukti adanya. Atau tidak segegap-gempita yang disiarkan media massa. Ternyata informasi itu penuh kepalsuan, atau rekayasa dari pihak tertentu saja.

Suparni (50) warga Dukung Brengkungan, RT 11, RW 05, kaget diberitakan warga menolak pembongkaran jenazah Siyono. ''Mboten wonten niku yen wargo menolak. Sedoyo wargo mesake keluarga almarhum, dados korban (tidak ada kalau warga menolak. Semua warga belas kasihan keluarga almarhum, jadi korban)," kata wanita buruh serabutan ini terus terang.

Sebagian laki-laki dewasa, kemarin membantu membelah bambu untuk membendung lumpur makam almarhum. Mereka tidak ada yang memerintah. Kerja ini atas kesadaran sendiri. "Ini kebutuhan bersama warga," kata seorang warga.

Hanya saja, petugas yang mengeruk makam ditangani anggota Kokam. Puluhan Kokam bermandikan lumpur. Seragam celana dan baju doreng penuh dengan lumpur. Mereka berjam-jam berjuang melawan derasnya sumber air yang ada dimakam. Setelah berhasil mengangkat jenazah. Mereka membersihkan lumpur dalam kubangan sebelah utara makam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement