Rabu 06 Apr 2016 13:58 WIB

Ditolak Etihad, Dwi Ariyani: Penyandang Disabilitas Bukan Orang Sakit

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Dwi Ariyani, aktivis disabilitas yang ditolak penerbangannya oleh Etihad Airways
Foto: Facebook
Dwi Ariyani, aktivis disabilitas yang ditolak penerbangannya oleh Etihad Airways

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai penerbangan Etihad Airways menolak untuk menerbangkan Dwi Ariyani yang menggunakan kursi roda ke Jenewa pada Senin (4/4) lalu. Dwi mengaku kecewa atas perlakuan Etihad Airways yang menyamakan dirinya dengan orang sakit.

Pihak maskapai Etihad menolak menerbangkan Dwi dengan alasan dia tidak disertai pendamping. Sehingga Etihad Airways menilai Dwi tidak dapat melakukan evakuasi terhadap diri sendiri jika terjadi sesuatu yang buruk selama penerbangan.

Padahal, Dwi mengatakan, Etihad tidak mencantumkan keterangan terkait pendamping kecuali untuk orang sakit. Orang sakit yang perlu pendampingan pun merupakan orang sakit yang hasil medical sertificate-nya menunjukkan bahwa ia membutuhkan pendamping.

Oleh karena itu, Dwi merasa kecewa ketika pihak maskapai penerbangan dari Uni Emirat Arab tersebut menolaknya dengan alasan ketiadaan pendamping. Pasalnya, terang Dwi, pengguna kursi roda tidak sama dengan orang sakit.

"Kecewa juga karena maskapai penerbangan ini melihat orang dengan kursi roda sebagai orang sakit. Penyandang disabilitas bukan orang sakit," kata Dwi kepada Republika.co.id Rabu (6/4).

(Baca Juga: Gara-Gara Pakai Kursi Roda, Etihad Tolak Terbangkan Aktivis Difabel)

Selain itu, laman Etihad Airways juga menyatakan bahwa pihaknya mengutamakan para penumpang yang menggunakan kursi roda dari dan ke bandara Amerika Serikat. Maskapai penerbangan ini bahkan menyediakan pendampingan kursi roda terhadap pengguna kursi roda secara gratis. "Kenapa hanya di Amerika?" lanjut Dwi.

Akibat penolakan Etihad Airways ini, Dwi kehilangan kesempatannya untuk memenuhi undangan dan mengikuti pelatihan dalam Convention on the Rights of Persons with Disabilities yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa. Padahal, Dwi mengatakan akan ada banyak ilmu bermanfaat yang bisa ia dapatkan dan sebarkan di Indonesia nantinya.

Tak ingin kejadian yang sama menimpa para penyandang disabilitas lainnya, Dwi pun mengadukan perlakuan tidak menyenangkan dari Etihad Airways ini kepada Lembaga Bantuan Hukum. Langkah yang Dwi ambil ini murni untuk memperjuangkan kesetaraan penyandang disabilitas dalam mendapatkan perlakuan yang sama dan adil.

Dwi yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam penerbangan internasional berharap agar tiap maskapai, dalam dan luar negeri, tidak melakukan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas. Dwi juga berharap agar penyandang disabilitias diakui dengan hak yang sama.

"Saya ingin tidak ada lagi diskriminasi atas disabilitas. Supaya ini tidak terjadi sama siapa pun," harap Dwi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement