Rabu 06 Apr 2016 15:51 WIB

BNPT: Waspadai Propaganda Terorisme di Dunia Maya

Gambar ilustrasi teroris yang ditangkap
Foto: antara
Gambar ilustrasi teroris yang ditangkap

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai berbagai propaganda kelompok teroris yang menyebarkan paham radikalisme melalui dunia maya.

"Kelompok-kelompok radikal itu telah menggunakan pola baru dalam menyebarkan propagandanya," ujar Kasubdit Pengawasan dan Cegah Propaganda BNPT, Kolonel Inf Dadang Hendrayudha, Rabu (6/4).

Dengan pasukan cyber yang cukup ahli, kelompok-kelompok radikal itu menggunakan perangkat dunia maya seperti website, media sosial, dan sosial messenger dalam menyebarkan propaganda dan merekrut calon anggota baru. Pola baru di dunia maya tersebut memunculkan potensi radikalisme di lingkungan remaja, kalangan terdidik, dan ruang terbuka.

Ia mengatakan Bangsa Indonesia yang memiliki penduduk sekitar 255 juta jiwa dinilai sebagai salah satu sasaran "empuk" dalam penyebaran propaganda berisi radikalisme tersebut. Hal itu disebabkan sekitar 83,1 juta juwa penduduk Indonesia adalah pengguna internet dan 31,17 juta jiwa diantaranya menggunakan internet lebih dari tiga jam.

Data yang didapatkan dari hasil survei Setara Institut tersebut juga menyebutkan, sekitar 72 juta jiwa rakyat Indonesia adalah pengunna media facebook dan 32 juta jiwa diantaranya menggunakan sosial media itu setiap hari.

Lain lagi dengan keberadaan 50 juta rakyat Indonesia yang menggunakan twitter dengan kicauan mencapai tiga juta kali dalam sehari. Dengan banyaknya rakyat Indonesia yang menggunakan internet tersebut, kelompok-kelompok radikal itu selalu berupaya memanfaatkan dunia maya untuk menyebarkan propagandanya.

Kondisi itu semakin memprihatinkan karena kelompok-kelompok radikal tersebut juga semakin memperbanyak websitenya untuk semakin memperluas propaganda yang dilancarkan. Dari data yang didapatkan BNPT, pada tahun 1998, jumlah website yang menyebarkan propaganda radikalisme itu hanya 12 buah.

Namun jumlahnya bertambah menjadi 2.650 website pada tahun 2003. Sedangkan pada Januari 2014, jumlahnya meningkat drastis mencapai sekitar 9.800 website. Karena itu, masyarakat diminta waspada terhadap website-website milik kelompok radikal itu.

"Semuanya berisi konten negatif dan propaganda," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement