REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Pengurus Pusat Muhammadiyah masih menunggu hasil autopsi terhadap jenazah terduga teroris Siyono. Warga Dukuh, Desa Pogung, Kabupaten Klaten itu tewas di Jakarta setelah ditangkap oleh Densus 88 Mabes Polri pada Jumat (11/3).
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Kamis (8/4), mengatakan saat ini pihaknya masih menunggu hasil otopsi yang dilakukan tim forensik dari Muhammadiyah terkait dengan peristiwa ini.
"Kami ada saling pemahaman antara Kapolri dengan PP Muhammadiyah dan kami masih menunggu hasil autopsi forensik terkait dengan peristiwa ini," katanya usai menghadiri pelaksanaan rapat koordinasi nasional lembaga zakat Lazismu di salah satu hotel di Sidoarjo, Jawa Timur.
Ia mengemukakan, kalau memang di luar sana ada pernyataan di sana-sini hal tersebut dianggap sebagai komunikasi yang tidak pas.
"Kami dari Muhammadiyah intinya menyatakan kalau penanganan terhadap pelaku teroris itu harus dilakukan secara berlapis. Dan juga kepada pelaku teroris ini dibawa ke pengadilan sehingga orang menjadi tahu kalau seseorang tersebut merupakan pelaku teroris," katanya.
Pihaknya juga akan melakukan pendampingan terhadap siapapun warga negara yang diperlakukan secara tidak adil oleh alat negara."Kami akan melakukan advokasi terkait dengan peran moral. Sementara itu, untuk yang menyangkut aspek hukumnya itu fungsi lembaga hukum kepolisian," katanya.
Pihak keluarga, terutama istri Siyono, Suratmi, meminta keadilan atas tewasnya Siyono. PP Muhammadiyah bersedia untuk mengadvokasi keluarga Siyono. Komnas HAM yang dikoordinatori oleh Siane Indriani melakukan investigasi atas meninggalnya Siyono dan kemudian meminta bantuan PP Muhammadiyah untuk melakukan autopsi.