REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala BNPT yang baru, Komjen Tito Karnavian punya peta tersendiri dalam memandang Poso sebagai salah satu wilayah yang menjadi markas teroris. Sebagai mantan Kepala Densus 88, ia menggunakan jaringannya untuk memetakan gerakan terorisme.
Tito mengatakan, menurutnya, Poso memang menjadi medan yang strategis bagi para teroris. Konstruksi tanah yang masih hutan dan medan yang terjal, membuat mereka menjadikan Poso sebagai base camp. Tito mengatakan, hutan di Poso merupakan hutan terlebat kedua setelah Papua.
Santoso, kata Tito, selama ini menetap di Poso untuk mendidik dan mengembangkan jaringannya. Tito mengatakan, saat ini Poso dijadikan tempat Koida Aminah oleh Santoso cs.
Koidah Aminah merupakan strategi insurgensi kelompok Santoso. Tempat tersebut menjadi safe base daerah aman. Selain menjadi safe base, Poso dijadikan tempat untuk mendidik para cikal bakal dan kader-kader baru.
"Makanya kita perlu membuat program khusus untuk menetralisir radikalisasi di Poso," ujar Tito saat sedang rapat dengar pendapat dengan Komisi III, Rabu (13/4).
Mengapa perlu program khusus, karena menurut Tito saat ini bukan hanya anggota dari jaringan saja yang perlu diredam aksi terorismenya, tetapi didukung oleh masyarakat di sana. "Masyarakat setempat mendukung dan di Poso memang sebagian mendukung karena adanya pascakonflik dendam lain," ujar Tito.
Selain Poso, Tito mengatakan, daerah yang menjadi red notice dari jaringan terorisme adalah Bima. Bima menurut Tito menjadi base camp kedua dari jaringan terorisme ini.
"Hampir sama dengan Poso. Maka memang kita perlu netralisir perkembangannya baik di Poso maupun di Bima," ujar Tito.