REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Komnas HAM Maneger Nasution mengatakan, pemimpin negara semestinya tidak hanya "merasa bisa", tetapi juga harus "bisa merasa" apa yang dirasakan rakyatnya.
"Hilangnya 'bisa merasa' itulah yang dipertontonkan pejabat kita kemarin, ketika menyambut salah satu penjahat ekonomi Indonesia (koruptor). Pejabat kita itu tidak bisa merasakan perasaan publik kita," katanya, Jumat, (22/4).
Mantan presiden komisaris PT Bank Modern, Tbk, Samadikun Hartono sampai di Bandara Halim Perdanakusuma pada Kamis (21/4) malam. Pemerintah Indonesia dan Cina sepakat melakukan perjanjian ekstradisi terhadap buron BLBI tersebut. Di bandara, Samadikun didampingi Jaksa Agung HM Prasetyo dan Kepala BIN Sutiyoso.
Menyaksikan peristiwa itu, kata dia, publik mulai membanding-bandingkan perlakuan terhadap terpidana lain yang sudah sangat sepuh tetapi tetap diborgol dan diapit polisi bersenjata lengkap versus perlakuan terhadap koruptor triliunan rupiah yang tanpa diborgol, tanpa dikawal polisi.
Bahkan, kata Maneger, si koruptor tersebut disambut bak pahlawan oleh dua pejabat tinggi kita, bahkan dengan melambai-lambaikan tangan.
Dalam perspektif HAM, terang Maneger, dunia kemanusiaan kita tercederai ketika melihat sikap tidak respek dan diskriminatif pemangku kepentingan. "Semoga ini tidak menyempurnakan tingkat kerusakan harga diri bangsa kita."