REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengajar Komunikasi Paska Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta Harmonis mengatakan, seorang pejabat publik harus memiliki karakter komunikasi yang cerdas. Itu sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tentang mencerdaskan bangsa. Menurutnya, gaya komunikasi pejabat publik saat ini tidak mencerdaskan bangsa.
Harmonis mengatakan, gaya kepemimpinan Gubernur DKI Basuki Tjatjaha Purnama atau Ahok yang tidak baik cenderung diikuti orang-orang disekelilingnya. Selain itu, pemimpin di daerah lain juga ikut menggunakan gaya komunikasi yang sama. "Sekarang Pasha Ungu juga marah-marah," katanya, Rabu (27/4).
Seorang pemimpin, tambahnya, harus memberi contoh yang baik, tidak menunjuk-nunjuk bawahannya di depan orang banyak. Dengan begitu, akan terlihat kecerdasan karakter bangsa. Kecerdasan menurutnya tidak hanya jenjang pendidikan yang tinggi, tapi juga kecerdasan berkomunikasi.
Gaya kepimpinan Ahok menurut Harmonis dipertahankan oleh orang-orang disekelilingnya. Yang menjadi masalah adalah beberapa orang malah suka dengan karakter komunikasi yang keras tersebut. "Inner circle-nya yang mempertahankan gaya komunikasi Pak Ahok," katanya.
Karena itu, menurutnya yang terpenting saat ini adalah pendidikan komunikasi politik. Ia mengatakan, dalam waktu dekat ini Ikatan Sarjana Ilmu Komunikasi Indonesia akan mengadakan simposium yang bertema 'Kecerdasan Komunikasi'. "Ini menjadi kegalauan saya pribadi dan teman-teman melihat komunikasi pejabat kok seperti itu," tambahnya.