REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JAKARTA - Putri Presiden Sukarno, Rachmawati Soekarnoputri mengatakan, Pilgub DKI 2017 tidak jauh berbeda dengan demokrasi liberal. Pendapat itu karena Rachmawati berkaca pada Pilkada DKI 2012 yang cenderung transaksional.
"Siapa yang kuat wani piro, kan gitu," kata Rachmawati di Jakarta, Senin (2/5).
Mereka yang memiliki modal besar, menurut dia, otomatis akan terjebak dalam transaksional. "Survival of the fittest, itu jargonnya. Siapa yang kuat itulah yang menang? Apa yang kuat? Ya uang," kata dia.
Ia berkata, nilai-nilai keadilan sosial terlihat sudah berbeda. Terkait pencalonan independen atau partai tetap sama. Karena aturan mainnya adalah hasil dari demokrasi liberal atau konstitusi Indonesia yang telah berubah menjadi kapitalis.
"Jadi gubernur berikutnya harus tanya-tanya dong bagaimana, apa harus seperti sekarang ini. Maaf kalau saya bilang, gusur menggusur membuat hingar bingar," kata dia yang sempat berkunjung ke Masjid Keramat Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, pada 28 April lalu. Ia mengatakan prihatin melihat korban penggusuran yang tetap bertahan di atas lahan atau bahkan di perahu.