REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Bina Sarana Informatika (BSI) melalui Komite Mahasiswa Anti Narkoba dan obat-obatan (Komando) melakukan penyuluhan bahaya narkoba kepada anak-anak pengamen jalanan di daerah Bekasi. Tepatnya di Jalan Multiguna, Lapangan Serbaguna, Bekasi Timur, Jawa Barat, Ahad (1/5).
Materi penyuluhan yang disampaikan oleh satuan tugas (satgas) Komando BSI itu terutama mengenai penyimpangan perilaku anak jalanan, yaitu menghirup uap lem sampai mabuk atau biasa dikenal dengan istilah “ngelem”. menjelaskan, “’Ngelem’ sangat berbahaya bagi tubuh sama seperti bahaya narkoba,” kata Ketua Komando BSI Dedi Irawan.
Menurut Dedi, efek “ngelem” akan menyerang susunan syaraf di otak sehingga menyebabkan kerusakan otak. “Sementara dalam jangka pendek risikonya adalah kematian mendadak (sudden snifing death),” tutur Dedi.
Salah seorang anak jalanan tersebut mengungkapkan, ia telah kecanduan “ngelem”. Setiap hari ia menghabiskan tiga kaleng. “Saya bisa beli tiga kaleng lem dalam sehari,” ungkapnya seraya diam tertunduk dan malu.
Para anak jalanan tersebut mengaku mereka berusaha mendapatkan uang untuk bisa “ngelem” dari hasil mengamen di pinggir cafe dan lampu merah.
Dedi pun memberikan motivasi kepada anak jalanan untuk meninggalkan kecanduannya terhadap lem yang sangat berbahaya. “’Ngelem’ tidak hanya merusak kesehatan tubuh kalian, tetapi juga dapat merusak masa depan kalian,” ujarnya.
Tidak hanya melakukan penyuluhan saja, tetapi para satgas Komando BSI menukarkan sebuah makanan dan coklat dengan lem yang ada di tangan anak jalanan tersebut.
“Sempat ada keraguan dari salah satu anak jalanan yang tidak mau menukarkan lem kesayangannya dengan coklat, tetapi akhirnya mau menukarkan lem kesayangannya dengan makanan karena seharian belum makan,” tutur Dedi.
Dedi mengemukakan, melalui kegiatan ini para satgas Komando BSI berupaya untuk membantu anak jalanan, agar dapat hidup normal. Anak jalanan yang berusia muda masih memerlukan pendidikan.
“Kembali bersekolah merupakan impian dari anak-anak jalanan, atau setidaknya membina anak jalanan untuk pulih dari ketergantungan “ngelem” dengan mengajaknya ke tempat pelayanan kesehatan,” ungkap Dedi.
Diakui Dedi, butuh waktu dan tenaga ekstra untuk mengembalikan anak-anak jalanan kembali hidup normal, sebagaimana anak seusianya yang tidak lagi hidup dengan ketergantungan uap lem.