REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Barat menggandeng ulama di provinsi itu untuk sosialisasi dan menekan angka inflasi.
"Penyelenggaraan Forum Ulama se-Jawa Barat yang bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada ulama mengenai pentingnya pengendalian inflasi. Pada giliranya siar dan dakwahnya dapat diteruskan kepada masyarakat," kata Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Jawa Barat Rosmaya Hadi pada Rapim TPID di Gedung BI di Kota Bandung, Senin (9/5).
Ia menyebutkan, TPID telah memiliki program kerja pengendalian inflasi tahun 2016 yang dinamai Proper Kahiji Utama.
Program intinya adalah peningkatan produksi, antisipasi permintaan, revitalisasi pasar, penyusunan kajian, peningkatan kualitas infrastruktur, dan peningkatan jaringan konektivitas. Sebagai target dari enam pilar itu adalah Utama yang merupakan singkatan dari Usaha Tani Mandiri, yang merupakan penguatan serta pemberdayaan petani melalui sinergi dengan pihak terkait. "Implementasi program Usaha Tani Mandiri ini kami kemas dalam bentuk kawasan pangan yang terintegrasi, yang mana Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) kami integrasikan dengan Sistem Resi Gudang," kata Rosmaya.
Terkait komoditas beras, menurut Rosmaya, data historis inflasi Jawa Barat menunjukkan beras menjadi komoditas utama dari kelompok volatile foods yang paling mempengaruhi pergerakan inflasi Jawa Barat. "Kondisi ini dilatar belakangi oleh bobot beras yang tinggi hingga mencapai 3,58 persen terhadap total konsumsi masyarakat Jawa Barat," katanya.
Tingginya andil inflasi yang diberikan oleh beras tidak terlepas dari permasalahan jumlah pasokan yang kemudian berdampak pada fluktuasi harga. "Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi di tingkat Provinsi Jawa Barat, melainkan juga di tingkat nasional," katanya. Oleh karena itu, pemerintah menerbitkan UU No mor 9 Tahun 2006 sebagai mana diubah dengan UU Nomor 9 Tahun 201 tentang Sistem Resi Gudang.
Sementara itu rata-rata pangsa Ekonomi Jawa Barat terhadap Ekonomi Nasional menempati posisi peringkat tiga terbesar dengan porsi sebesar 13,2 persen. Pada 2015, dengan pertumbuhan 5,03 persen (yoy), Jawa Barat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,79 persen (yoy). Demikian pula dengan perkembangan kuartal I 2016, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,08 persen (yoy), Jawa Barat masih konsisten menopang perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 4,92 persen (yoy). Pencapaian inflasi Jawa Barat pada tahun 2015 tercatat sebesar 2,73 persen (yoy), lebih rendah bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 7,41 persen (yoy).