REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Usai sudah pelaksanaan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar, yang dimenangkan oleh Setya Novanto sebagai ketua umum. Banyak yang beranggapan posisi Ade Komarudin sebagai ketua DPR RI akan terancam, mengingat secara kasatmata ada rivalitas yang kuat antara Setya Novanto dan Ade Komarudin.
''Kalau ketua DPR, saya akan kerja sebaik-baiknya. Kalau tanya posisi, tanya ke partai. Harapan saya dan banyak orang, aman. Tapi itu kan tergantung partai kehendaknya bagaimana,'' kata Ade Komarudin menanggapi hal tersebut, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (20/5).
Namun, pria yang akrab disapa Akom itu merasa yakin posisinya aman karena ia merasa tidak menjadi ketua umum Partai Golkar karena mengalah. Ia berpikir, keputusan itu demi rekonsiliasi dan persatuan partai untuk stabilitas partai politik.
''Saya mengalah. Saya lakukan karena kita harus dahulukan kepentingan partai dan kepentingan negara dan cintai partai. Itu yang saya lakukan. Mudah-mudahan diterima masyarakat dan jadi pembelajaran buat tokoh lain berdemokrasi itu harus indah,'' ujarnya.
Ia juga menyatakan, dirinya merupakan yang pertama mendukung kepengurusan DPP yang baru. Sebab, kalau tidak, persatuan Partai Golkar bukan hanya retak, tetapi juga patah.
Akom, yang hari ini berulang tahun ke-51 itu, mengaku sudah membentuk kesepakatan dengan Setya Novanto mengenai posisi mereka. ''Yang jelas deal-nya gini, saya fokus urus DPR, SN urus DPP,'' ucapnya.
Selain itu, Akom juga telah meminta Setya Novanto untuk mengakomodasi timnya demi rekonsiliasi partai. Mengenai posisi ketua fraksi, ia menyerahkan semuanya kepada ketua umum dan tidak ingin ikut campur.
''Sebelum saya umumkan mengalah, saya bilang tolong tim saya diakomodasi untuk rekonsiliasi partai. Munas itu munas rekonsiliasi, saya sudah ngalah, jadi harus dijaga sama-sama. SN sudah oke,'' katanya.