REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Transportasi dari CSID Universitas Indonesia, Jachrizal mengatakan transportasi masal Transjakarta di koridor 14 atau Manggarai-UI kalah dengan kereta rel listrik (KRL) commuter line. Hal tersebut karena alat transportasi masal KRL lebih nyaman dan murah.
"Pengguna angkutan umum akan mempertimbangkan faktor waktu (kepastian dan lamanya perjalanan), faktor biaya, dan kenyamanan. Saya tidak melihat kelebihan transjakarta koridor 14 dibandingkan dengan commuter line," kata dia, Sabtu (28/5).
Jachrizal menuturkan jalur yang dilalui Transjakarta jurusan Manggarai-UI juga telah banyak kendaraan umum. Lalu, ditambah lagi dengan adanya Transjakarta yang melalui jalur tersebut maka pilihan semakin banyak. "Sekarang itu ditambah lagi dengan Transjakarta untuk jalur Manggarai-UI, sehingga ada tiga pilihan (transportasi umum)," kata dia.
Jadi menurutnya, adanya KRL, metromini dan Transjakarta, terkesan tak baik karena adanya persaingan antara kendaraan umum. Sehingga dalam hal ini dia menilai dengan bus Transjakarta (Manggarai-UI) dapat menjadi objek penelitian yang baik.
"Tadinya rencana awal koridor itu dibikin PTN koridor Manggarai-UI lewat atas, seperti Ciledug-Warung Buncit, rencananya lewat atas," kata dia.
Dia menilai jika dengan jalur atas berarti Transjakarta juga memiliki peluang untuk bersaing dengan KRL. Karena tidak terganggu dengan masalah lalu lintas di Jakarta. "Waktu itu saja saya sudah mempertanyakan, ngapain dibikin UI-Manggarai karena sudah ada kereta," kata dia.
Dia menegaskan untuk apa dibuat koridor Busway 14 karena jelas sudah ada KRL. Memang wacana tersebut telah dibuat 2004, namun karena KA waktu itu belum senyaman sekarang.
Seperti diketahui bahwa jurusan Transjakarta Manggarai-Depok baru direncanakan tahun 2004 ketika pelayanan //commuter line// belum sebaik sekarang. Namun kondisi commuter line pada 2016 kondisinya telah berubah, sehingga perlu adanya reevaluasi koridor pelayanan Transjakarta.