REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu anggota polisi, Brigadir Hanafi, menjadi korban pengeroyokan oleh suporter Persija (the Jakmania) pada Jumat (24/6). Pengeroyokan itu disebut sebagai aksi balas dendam karena sekitar bulan lalu saat Persija berlaga di Gelora Bung Karno (GBK) seorang Jakmania tewas diduga dianiaya oleh oknum polisi.
Mendengar kabar itu, Polda Metro Jaya langsung membantahnya. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengatakan, korban Jakmania yang tewas bulan lalu tersebut bukan karena dikeroyok polisi. Namun, kata dia, itu karena kecelakaan.
"Itu kan sudah diproses, yang bersangkutan kecelakaan. Bahkan, saat dibawa ke rumah sakit, keluarganya kan enggak berkenan. Janganlah dikait-kaitkan," kata Awi, Senin (27/6)
Awi menambahkan, kepolisian juga akan membahas insiden kericuhan saat laga Persija vs Sriwijaya FC dalam rapat bersama PSSI. Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi terjadinya kericuhan kembali.
Tidak hanya itu, polda juga akan merekomendasikan PSSI untuk memberi sanksi ke Persija akibat ulah suporternya. "Rekomendasi dari kita ada beberapa, di antaranya tidak boleh main di GBK atau main tanpa penonton. Tetapi, tentu ini perlu disikapi bersama," jelas dia.
Baca juga, The Jakmania Ricuh di GBK, Tiga Anggota Polisi Luka Serius.
Sebenarnya, lanjut dia, intelijen kepolisian juga sudah mengetahui hal tersebut. Didapatkan fakta di RS KKO bahwa terjadi perbedaan informasi, yaitu yang kabarnya dipukul oleh polisi ternyata justru korban kecelakaan.
"Jangan sampai polisi jadi kambing hitam lagi, karena fakta-fakta di lapangan tidak terjadi itu. Bahwasanya almarhum Fareza (Jakmania yang diduga dipukul polisi--Red) itu ke gate dua sudah sempoyongan, akhirnya kita tolong. Malah polisi yang nolong, bukan polisi yang mukulin," jelas Awi.