REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antropolog Universitas Indonesia Semiarto Aji Purwanto mengatakan akar masalah anarkistik yang selalu berulang di kelompok suporter, termasuk The Jakmania yang terjadi baru-baru ini karena kepentingan identitas. Aji menerangkan, secara umum ada dua kecenderungan yang melekat pada fan sepak bola.
"Pertama, kenyataan bahwa fan mendukung klubnya karena faktor kualitas permainan di lapangan," katanya, Senin (26/6).
Aji mengatakan suporter sebagai subkultur adalah karakter fan klub sepak bola yang berbasis pada artikulasi kepentingan dan identitas beragam komunitas di dalamnya. Khusus untuk The Jakmania, ucap Aji, cenderung pada yang kedua. Karena kompleksitas identitas berbagai macam komunitas Jakarta di dalamnya.
"Mungkin bisa dibandingkan dengan Viking (suporter Persib) dan Bonek (Persebaya)," katanya.
Aji mengatakan Viking atau Bobotoh dikenal dengan identitas kesundaaan dan Bonek, kental sebagai identitas bagi Arek atau Surabaya. Sementara untuk Persija, menurutnya, tak lantas bisa disematkan dengan identitas etnis seperti kebetawian saja misalnya.
"Tepatnya bukan seperti itu melihat kompleksitas Jakarta dan komunitas-komunitas di dalamnya," ujar Aji.
Menurut dia, artikulasi kepentingan dan identitas lebih melekat kepada The Jakmania sebagai fan yang terdiri dari beragam komunitas yang umumnya masyarakat marjinal di Jakarta. "Mereka butuh semacam outlet kalau dalam konsep psikologi. Artinya, butuh ada semacam pelampiasan terhadap masalah-masalah keseharian yang dihadapi," kata Aji.