REPUBLIKA.CO.ID, TIKRIT -- Pegaris keras ISIS mengklaim bertanggung jawab atas tiga serangan bunuh diri pada Kamis petang (7/7), dekat makam keramat umat syiah di bagian utara Baghdad hingga mengorbankan sekitar 35 jiwa, dan membuat 60 orang terluka.
Serangan di makam keramat Sayid Mohammed bin Ali al-Hadi kembali menimbulkan kekhawatiran atas memanasnya konflik antara umat syiah dan suni di Irak. Mayoritas warga Irak merupakan penganut syiah, tetapi penduduk di provinsi bagian barat dan utara, termasuk wilayah Salahuddin, lokasi berdirinya makam itu, banyak menganut aliran suni.
Ulama terkenal syiah, Moqtada al-Sadr mengerahkan pasukannya, Brigade Damai berjaga di sekitar makam, wilayah dekat Kota Balad, sekitar 93 kilometer (58 mil) dari utara Baghdad. Pasukan Sadr itu juga berjaga di Samarra, kota dekat makam Imam Ali al-Hadi, ayah dari Sayid Mohammed yang makamnya diserang pada Kamis.
Serangan bom pada 2006 sempat menghancurkan kubah emas makam Ali al-Hadi, berserta anak laki-lakinya, Imam Hasan al-Askari. Insiden itu menyebabkan sejumlah konflik sektarian, tak berbeda dengan perang saudara.
Foto yang dilansir dalam media sosial menunjukkan kebakaran di sekitar pasar dekat pintu masuk makam Sayid Mohammed.
Saat ini belum dapat dipastikan dampak serangan itu terhadap makam.
Seorang pria meledakkan bom sabuk di gerbang luar makam sekitar pukul 23.00 (20.00 GMT), diikuti dengan aksi penembakan ke arah situs dan para pengunjung yang tengah berziarah dalam perayaan Idul Fitri, demikian menurut petugas keamanan terkait.
Satu pria berhasil meledakkan diri di tengah kerumunan massa, sementara pelaku lain ditembak mati sebelum sempat mengaktifkan sabuk peledaknya. Senjata roket juga ikut diluncurkan ke arah situs bersamaan dengan serangan yang diklaim oleh kelompok garis keras ISIS itu.
Baca: Pos Pemeriksaan Israel Kejam dan tak Manusiawi