Senin 11 Jul 2016 13:10 WIB

TNI Bertekad Lakukan Apa pun demi Selamatkan WNI

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Ani Nursalikah
Simulasi Latihan Pembebasan Sandera Penanggulangan Teroris Pasukan Khusus TNI 2014 di Mabes TNI Cilangkap.
Foto: Pupsen TNI
Simulasi Latihan Pembebasan Sandera Penanggulangan Teroris Pasukan Khusus TNI 2014 di Mabes TNI Cilangkap.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyodengan tegas mengatakan akan melakukan upaya apa pun demi membebaskan WNI yang ditahan. Hingga saat ini, ada 10 WNI yang masih menjadi korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf.

"Apa pun akan saya lakukan untuk pembebasan. Apa pun dengan cara apa pun juga. Sampai masuk ke sana pun akan saya lakukan apabila sudah ada izin karena ini sudah sangat keterlaluan," ucapnya di Istana Negara, Senin (11/7).

Gatot menduga penyanderaan WNI secara beruntun ini karena Abu Sayyaf masih berharap pemerintah mau membayarkan uang tebusan yang mereka inginkan. Namun begitu, dia memastikan pemerintah tak pernah mengeluarkan uang sepeser pun dalam dua kali episode pembebasan sandera yang sebelumnya.

Baca: Panglima TNI: Abu Sayyaf Sengaja Incar WNI

Lalu, apakah perusahaan pemilik kapal yang mengeluarkan uang sebagai tebusan sandera? Terkait hal tersebut, Panglima mengaku tak tahu. Yang jelas, kata dia, Presiden sejak awal menyatakan tidak ada negosiasi masalah uang.

Gatot memastikan sikap pemerintah soal negosiasi uang tak berubah. Tak ada uang negara yang boleh keluar untuk pembebasan sandera. Pemerintah tetap menempuh jalur diplomasi, dan kalau diperlukan lewat operasi militer.

"Kalau kita membayar terus, kan yang diminta uang, ya tinggal tunggu saja, mungkin kapan-kapan mereka datang ke sini untuk nyulik. Itu sama saja kita jadi negara sapi perah," kata Gatot.

Dia menuturkan, tiga WNI yang baru-baru ini menjadi korban penyanderaan merupakan awak kapal yang bekerja untuk perusahaan Malaysia. Kapal tersebut tengah berlayar mencari ikan di wilayah perairan Malaysia saat kelompok Abu Sayyaf melakukan pembajakan.

Menurut Panglima, di dalam kapal ada tujuh orang ABK. Namun, rupanya kelompok perompak asal Filipina tersebut hanya memilih ABK dengan paspor Indonesia untuk disandera.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement