Selasa 12 Jul 2016 04:49 WIB

Filipina Terlibat Baku Tembak dengan Kelompok Abu Sayyaf

Red: Esthi Maharani
Rodrigo Duterte
Foto: AP/Bullit Marquez
Rodrigo Duterte

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pasukan Filipina menewaskan sekitar 40 pemberontak Abu Sayyaf dalam serangan di kepulauan selatan pada pekan lalu. Hal itu diungkapkan oleh tentara Filipina pada Senin (11/7) saat pemerintahan yang baru menggencarkan gerakan menumpas salah satu kelompok penculik paling tangguh di Asia.

Pertempuran di pulau Basilan dan Sulu sejak sepekan lalu telah menewaskan satu tentara dan melukai sekitar dua puluh anggota kelompok yang terkait Al Qaida itu.

"Baku tembak sengit masih berlangsung, melibatkan kendaraan lapis baja, senjata berat dan dukungan udara," kata Filemon Tan, juru bicara Komando Mindanao Barat, kepada wartawan, mengutip laporan sandi, yang diterima pada Ahad (10/7).

Abu Sayyaf, yang berarti "Pembawa Pedang", selama ini dinilai telah mempermainkan pemerintah Filipina. Mereka juga diam-diam memperkuat jaringan dengan uang tebusan yang diperoleh dari para sandera.  Saat ini, pemberontak menyekap sedikit-dikitnya 14 sandera yakni satu orang Belanda, satu Norwegia, lima Filipina dan tujuh warga Indonesia.

Pakar keamanan menyatakan pemberontak tidak termotivasi oleh alasan ideologi tapi lebih oleh puluhan juta dolar yang bisa didapat dari penculikan. Mereka menggunakan uang itu untuk membeli senjata otomatis, peluncur granat, kapal cepat dan peralatan pelayaran berteknologi tinggi.

Pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte, yang menjabat pada 30 Juni, berada di bawah tekanan baru untuk mengatasi Abu Sayyaf. Menteri Pertahanannya baru-baru ini menyatakan membunuh Abu Sayyaf adalah prioritas utama keamanannya.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada akhir Juni mengatakan akan tiba waktu baginya menghadapi Abu Sayyaf di bagian selatan negaranya.

"Akan ada waktu bagi saya untuk menghadapi Abu Sayyaf," kata Duterte setelah bertemu dengan perempuan Filipina, yang dibebaskan setelah sembilan bulan disekap.

"Penculikan itu harus dihentikan," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement