Sabtu 16 Jul 2016 16:26 WIB

Kudeta Turki Dipandang tak Terkait Isu Sekularisme

Petugas kepolisian menduduki kendaraan militer yang digunakan kudeta, setelah sejumlah personel militer pro-kudeta menyerahkan diri di Jembatan Bosphorus Istanbul, Sabtu (16/7).
Foto: Reuters
Petugas kepolisian menduduki kendaraan militer yang digunakan kudeta, setelah sejumlah personel militer pro-kudeta menyerahkan diri di Jembatan Bosphorus Istanbul, Sabtu (16/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer dan politik Salim Said berpendapat, kudeta militer yang terjadi di Turki Jumat (15/6) bukan karena adanya tekanan-tekanan dalam kelompok militer terhadap ketidakpuasan kepemimpinan dan bukan karena isu sekularisme.

"Saya menyebutnya dengan 'empire strikes back'. Ada beberapa perkiraan yang muncul karena tekanan yang terjadi di dalam sekelompok militer, jauh dari isu sekularisme," kata Guru Besar Universitas Pertahanan Salim Said dalam sebuah diskusi di Jakarta Selatan, Sabtu (16/7).

Tekanan yang dimaksud adalah kemungkinan karena jenderal yang mereka panuti ditangkap, atau malah ekstrem-nya ada oknum-oknum yang berpikir secara tidak waras dalam tubuh militer. Terkait isu yang merebak karena rumor penghapusan sekularisme oleh Presiden Erdogan menurut Salim Said kurang tepat.

Ia mengatakan dulu kekuatan militer di Turki adalah superbody atau tidak tersentuh, sehingga ada kemungkinan hal tersebut masih

diinginkan kembali untuk beberapa kelompok. Namun, hal itu masih dugaan karena memang belum ada hasil penyelidikan.

Percobaan kudeta tersebut bukan kali pertama terjadi di Turki, setidaknya dalam 50 tahun terakhir tak kurang dari enam kali percobaan kudeta oleh tentara terjadi di Turki. Pada 2 Mei 1960 berlangsung percobaan kudeta yang nyaris tanpa pertumpahan darah, dipimpin oleh sejumlah prajurit serta kadet dari akademi angkatan bersenjata di Istanbul dan Ankara.

Sehari setelahnya, pejabat Panglima Angkatan Darat Jenderal Cemal Gursel menuntut reformasi politik serta mengancam bakal mundur jika tuntutannya tak dipenuhi. Tahun 1971, angkatan bersenjata mengirimkan sebuah peringatan kepada pemerintah untuk mengembalikan kekuasaan berlangsungnya kericuhan dan kekerasan jalanan antara sayap kiri dengan kubu nasionalis selama berbulan-bulan. Status darurat militer diberlakukan di beberapa provinsi dan belum semuanya disudahi hingga September 1973.

Pada 12 September 1980 petinggi angkatan bersenjata yang dipimpin Jenderal Kenan Evren melangsungkan percobaan kudeta, menyusul kembali merebaknya kericuhan terbuka antara sayap kiri dengan kubu nasionalis. Sejumlah politikus kesohor ditangkap, sementara parlemen, beberapa partai politik hingga serikat pekerja dibubarkan. Kamudian kudeta juga terjadi tahun 1997, 2007 dan 2010.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement