REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Percobaan kudeta militer terjadi di Turki pada Jumat (15/7) malam waktu setempat saat tentara menguasai kota utama, Ankara dan Istanbul. Namun, kudeta yang dipercayai dilakukan faksi militer tersebut gagal menjatuhkan kekuasaan Presiden Recep Erdogan. Mengapa kudeta militer tersebut gagal?
Seperti ditulis dalam laporan BBC, saat awal percobaan kudeta, Presiden Recep Erdogan sulit memperkirakan dalang pelaku kudeta. Keberadaan Erdogan saat kudeta dilancarkan juga tidak jelas untuk beberapa saat. Laporan menyatakan dia tengah berlibur di Aegean Resort, wilayah terpencil Turki. Namun, dia kemudian terbang ke Bandara Istanbul dan memberikan pernyataan pers.
Saat Erdogan sampai di Istanbul, hal itu dinilai merupakan langkah nyata pemerintah untuk merebut kembali kontrol dan didukung oleh tokoh militer senior. "Ini merupakan tindakan penghianatan dan pemberontakan," ujar Erdogan. Setelah itu, kudeta dikalahkan atas kehendak rakyat Turki. Rakyat Turki kembali merebut bandara Ataturk dari militer termasuk stasiun TV dan radio.
Tentara sempat mengambil alih studio TRT dan menolak upaya sipil yang memaksa mereka keluar. Kelompok kudeta pun melanjutkan penyiaran pesan.
Akan tetapi, pertanyaannya apakah kudeta tersebut didkung semua pihak di militer? Laporan tersebut menyatakan, kudeta yang sukses menyaratkan dukungan seluruh angkatan bersenjata. Di Turki, sebagian besar tentara terlihat terlibat kudeta. Tank diturunkan ke jalan dan kembatan. Namun, Kepala Staf Militer, Gen Hulusi Akar tidak menjadi bagian dari kudeta. Kepala Angkatan Laut dan Pasukan Khusus juga mengatakan melawan kudeta dan F-16 digunakan untuk menyerang tank pelaku kudeta.
"Percobaan kudeta itu jatuh sebelum dimulai," ujar Fadi Hakura dari Lembaga Chatham House yang menganalisis isu internasional.
Selain itu, kudeta tidak memiliki dukungan politik ataupun publik. Oposisi sekuler CHP mengatakan Turki sudah merasa cukup dengan kudeta dan tidak ingin mengulangi kesulitan lagi. Nasionalis MHP juga mendukung pemerintah.
Lalu siapa dalang kudeta itu?
Laporan BBC menyatakan ada faksi dalam angkatan bersenjata. Tokoh militer menyatakan faksi tersebut merupakan kelompok kecil di First Army yang berkedudukan di Istanbul. "Mereka tidak mempresentasikan mayoritas militer," ujar Fadi yang percaya kegagalan kudeta karena tidak adanya dukungan dari luar negeri.
Presiden Erdogan telah bertahun-tahun menuduh mantan sekutunya, Fethullah Gullen berencana menggulingkannya. Pasangan itupun pecah dan Gulen mengasingkan diri di AS. Erdogan pun menuduh Gulen berada di balik upaya kudeta.
Kelompok pro-Gulen membantah terlibat dalam kudeta tersebut. Mereka mengatakan menolak serangan terhadap demokrasi.
Meski demikian, pemerintah telah mencopot lima jenderal dan 29 kolonel yang dituduh terlibat dalam kudeta.