Ahad 17 Jul 2016 10:27 WIB

Obama Desak Penegakan Hukum di Turki

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Presiden AS Barack Obama
Foto: Reuters
Presiden AS Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat mendesak Turki pada Sabtu (16/7) untuk menahan diri setelah kudeta militer yang gagal memicu tindakan keras pemerintah. AS juga memperingatkan sekutu NATOnya itu terkait dugaan publik terhadap peran AS dalam kudeta.

AS mengatakan dugaan itu benar-benar palsu dan berbahaya bagi hubungan kedua negara.

Presiden Barack Obama mendesak semua pihak di semua sisi dari krisis menghindari mendestabilisasi Turki dan mengikuti aturan hukum setelah usaha kudeta melawan Presiden Tayyip Erdogan. Obama berunding dengan penasihat keamanan nasional dan kebijakan luar negeri pada Sabtu pagi. Ia menegaskan dukungannya pada pemerintah Turki yang dipilih secara demokratis oleh warga.

Baca: Helikopter yang Bawa 8 Pendukung Kudeta Kembali ke Turki

"Sementara belum ada indikasi warga AS yang tewas atau terluka dalam kekerasan, presiden dan timnya menyesalkan hilangnya nyawa dan meminta semua pihak di Turki bertindak dalam aturan hukum untuk menghindari kekerasan lebih lanjut atau ketidakstabilan," kata Gedung Putih.

Obama mencatat AS dan Turki perlu kerja sama lebih lanjut untuk memerangi terorisme. Kudeta Turki telah menghambat upaya koalisi AS memerangi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pascakudeta, Turki menutup seluruh wilayah udaranya untuk pesawat militer. Turki juga memutus aliran listrik ke pangkalan udara Incirlik yang merupakan markas pasukan AS untuk melakukan serangan udara ke ISIS.

Baca: Pascakudeta Pemerintah Turki Lakukan Pembersihan

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement