Selasa 19 Jul 2016 22:59 WIB

Kapal Tenaga Surya Buatan ITS Beraksi di Jepang

Seorang mahasiswa mencoba kapal motor bertenaga surya Jalapatih 2 seusai diluncurkan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, Jumat (16/10).
Foto: Antara/Didik Suhartono
Seorang mahasiswa mencoba kapal motor bertenaga surya Jalapatih 2 seusai diluncurkan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur, Jumat (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dua kapal tenaga surya Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, yaitu kapal Batharakala dan Triton, yang dibuat Tim Batharasurya Solar Boat ITS, siap berlaga ke Jepang.

"Tim Batharasurya bersama dua kapalnya ini akan berlaga di Yanagawa Solar Boat Festival 2016, Fukuoka, Jepang, pada 6-7 Agustus mendatang," kata Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD di Surabaya, Selasa (19/7).

Dalam pelepasan kapal bertenaga surya oleh Rektor ITS itu, ia berharap Batharasurya dapat masuk minimal tiga besar, setelah pada tahun lalu meraih peringkat ke tujuh.

Dosen pembimbing Tim Batharasurya, Andhika Estiyono MT menambahkan setelah melalui penyempurnaan konsep kapal dari tahun lalu, timnya pun membuat bobot kapal yang lebih ringan.

"Tahun lalu, berat kapal mencapai 68 kilogram dan dikurangi menjadi 20 kilogram pada tahun ini. Pengurangan berat ini ditargetkan dapat mempercepat jalannya kapal," jelasnya.

Ia mengatakan Yanagawa Solar Boat Festival merupakan kompetisi kapal tenaga surya tahunan yang digelar oleh Pemerintah Prefektur Fukuoka Jepang. Sebanyak 19 mahasiswa yang tergabung dalam tim ini akan bersaing dengan puluhan peserta dari negara-negara di Asia.

"Tahun lalu kita berada di peringkat tujuh, dan tahun ini merupakan kali kedua keikutsertaan tim Batharasurya ITS," ujar Ketua Tim Dwiko Hadianto,

Dosen Jurusan Desain Produk Industri ITS ini menuturkan kedua kapal yang akan berlaga memiliki desain yang jauh berbeda. Batharakala menggunakan desain step hull yang membuatnya mampu mengurangi hambatan air saat kapal dalam kondisi planning.

"Desain lambung kapal Batharakala menggunakan step hull supaya kapal bisa mengatasi kondisi planning. Kondisi planning adalah keadaan ketika lambung depan kapal mengangkat," kata dia.

Namun, tambahnya hal ini dapat dicapai apabila kapal sudah memiliki kecepatan tertentu,. Dari target kecepatan 20 kilometer per jam, kapal Batharakala masih menempuh kecepatan 13 kilometer per jam saat uji coba terakhir.

"Bahan dasar kedua kapal yakni fiber glass, fiber carbon, dan polyuretan foam. Kami juga sedang merencanakan agar kapal mudah dipotong dan dirakit kembali supaya mudah dibawa di dalam pesawat," tutur Andhika, panggilan akrabnya.

Ia menambahkan desain ini bertujuan agar pengangkutan kapal ke lokasi lomba dapat lebih mudah dan hemat tempat. Untuk bisa menyelesaikan kedua kapal tersebut telah memakan biaya hingga Rp 20 juta.

"Kapal membutuhkan dua kali baterai 12 volt 18 AH. Dari dua baterai tersebut, kapal dapat berjalan hingga 15 menit," terangnya.

Berbeda dari Batharakala, Triton didesain menggunakan V planning hull, sehingga kapal ini memiliki kemampuan manuver dan stabilitas yang baik. Tak hanya itu, Triton juga dilengkapi dengan desain bangunan atas yang aerodinamis.

Ketua Tim, Dwiko Hadianto menuturkan Berbagai perbedaan ini bertujuan agar tim Batharasurya dapat meraih juara di dua kategori lomba, yaitu endurance dan slalom.

"Kedua kapal didesain dengan propeller atau baling-baling yang sama, yaitu berdiameter 30 cm. Keduanya juga sama-sama berjenis mono hull atau satu lambung," ujar mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ITS.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement