Rabu 27 Jul 2016 12:12 WIB

IDAI Sebut Indonesia Masih Butuh Vaksin Impor

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Andi Nur Aminah
Vaksin tersimpan di sebuah lemari di Puskesmas, Jakarta.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Vaksin tersimpan di sebuah lemari di Puskesmas, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Bhakti Pulungan, mengatakan vaksin impor hingga saat ini masih dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Karena itu, pihaknya meminta ada kontrol yang jelas dalam peredaran vaksin impor.

"Peredaran vaksin impor memang hanya satu persen dari seluruh kebutuhan vaksin di Indonesia. Meski begitu, vaksin impor tetap diperlukan. Masyarakat masih butuh vaksin impor," jelas Aman di Gedung Ombudsman, Rabu (27/7).

Vaksin impor, lanjut dia, dibutuhkan sebagai pilihan bagi para orang tua yang ingin memberikan vaksin kepada anak. Selain itu, vaksin impor juga perlu ada karena saat ini ada beberapa jenis vaksin yang belum dapat diproduksi oleh PT Biofarma sebagai produsen vaksin resmi pemerintah. Beberapa vaksin yang belum dapat diproduksi antara lain vaksin MMR dan vaksin kanker serviks.

Menurut Aman, pemerintah ke depannya harus memperbaiki sistem pengawasan terhadap distribusi vaksin impor. "Harus ada pendataan dari pemerintah, kapan vaksin masuk, ke daerah mana saja vaksin beredar, ke rumah sakit mana vaksin diterima. Jadi, bukan hanya distributor resmi saja yang punya data," tutur Aman.

Saat ini, ungkapnya, baru ada satu distributor resmi vaksin impor. Sebelumnya, Aman menyatakan vaksin impor mulai mengalami kelangkaan sejak 2015 lalu. Hingga saat ini kelangkaan masih terjadi.

Menurut dia, ada lima jenis vaksin impor yang mengalami kelangkaan. Kelimanya yakni vaksin DPT, vaksin HB Polio Combo, vaksin Hepatitis A, vaksin Varicella dan vaksin MMR

Sementara itu, berdasarkan penelusuran satgas penanganan vaksin palsu, ada dua jenis vaksin impor yang dipalsukan. Keduanya yakni vaksin pediacel dan vaksin triparcel.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement