Selasa 09 Aug 2016 23:57 WIB

50 Pejabat dari Partai Republik Protes Trump

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Donald Trump
Foto: Republika
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebanyak 50 pejabat keamanan senior dari Partai Republik menandatangani surat terbuka yang berisi protes terhadap Donald Trump. Dalam surat itu, disebutkan kandidat presiden Amerika Serikat (AS) tersebut tidak memiliki karakter, nilai-nilai, serta pengalaman yang sesuai untuk menjadi pemimpin negara itu.

Selain itu, tertulis bahwa Trump akan menjadi presiden yang paling sembrono dalam sejarah AS. Miliarder itu disebut dapat melamahkan otoritas moral dan tentunya beresiko mengancam keamanan dan kesejahteraan penduduk di Negeri Paman Sam tersebut.

Trump juga diragukan memiliki pengetahuan mengenai konstitusi AS. Selama ini, ia terlihat muncul di hadapan publik dan menunjukkan pemahaman yang dangkal dalam pembahasan mengenai berbagai masalah diplomatik yang kompleks, serta nilai-nilai demokrasi yang dianut oleh negara itu sejak lama.

"Trump telah menunjukkan bahwa ia tidak tertarik untuk mendidik dirinya sendiri. Tak ada satupun dari kami yang akan memilihnya," tulis pernyataan di surat terbuka, dilansir The New york Times, Selasa (9/8).

Sebelumnya, banyak dari elite politik di Partai Republik yang hanya membahas berbagai pandangan sinis terhadap kandidat secara tertutup. Namun, dalam surat pernyataan yang ditandatangani 50 pejabat keamanan Partai Republik, termasuk diantaranya adalah mantan anggota kabinet AS pada masa pemerintahan Presiden George W Bush telah memperlihatkan perpecahan di internal Partai Republik.

Diantara para pejabat keamanan nasional Partai Republik tersebut adalah mantan direktur CIA, Michael Hayden, Robert B Zoellick, mantan wakil sekretaris negara. Kemudian Tom Ridge, mantan presiden Bank Dunia, Michael Chertoff, mantan sekretaris keamanan nasional AS, serta Eric S Edelman, penasihat keamanan nasional pada masa Wakil Presiden Dick Cheney.

Semakin banyak elite politik dalam Parati Republik yang menunjukkan serangan terhadap Trump muncul setelah pernyataan suami dari mantan model itu mengenai masalah serangan hacker dari Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement