Rabu 10 Aug 2016 16:34 WIB
Olimpiade 2016

Pelatih Gajah Lampung: Semangat Petarung Angkat Besi Harus Dijaga

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Bilal Ramadhan
Ekspresi lifter Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani, setelah berhasil melakukan angkatan di Angkat Berat Kelas 48kg pada Olimpiade 2016, Rio de Janeiro, Brazil, Sabtu (6/8) waktu setempat. (AP Photo/Mike Groll)
Foto: AP Photo/Mike Groll
Ekspresi lifter Indonesia, Sri Wahyuni Agustiani, setelah berhasil melakukan angkatan di Angkat Berat Kelas 48kg pada Olimpiade 2016, Rio de Janeiro, Brazil, Sabtu (6/8) waktu setempat. (AP Photo/Mike Groll)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Pelatih sekaligus pemilik Padepokan Angkat Besi “Gajah Lampung”, Imron Rosadi mengatakan, semangat petarung bagi atlet angkat besi Indonesia seharusnya terus dipupuk. Kemenangan atlet angkat besi Indonesia di ajang olimpiade berawal dari semangat dan disiplin yang tinggi.

“Kalau dulu masalah teknis menjadi hambatan, tapi semangat petarung dan disiplin tinggi. Sekarang masalah teknis sudah teratasi tinggal dipupuk semangat petarungnya,” kata Imron Rosadi kepada Republika, Rabu (10/8), menanggapi dua atlet lifter Indonesia meraih medali di Olimpiade Rio De Janeiro, Brasil.

Dari tiga lifter Indonesia yang bertarung di ajang internasional, Sri Wahyuni Agustiani, Eko Yuli Irawan, dan Triyatno, menurut dia, semua ditangani pelatih yang berasal dari Padepokan Gajah Lampung di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.

Namun, hanya Triyatno yang dilatih Yon Haryono di padepokannya. Triyatno gagal mempertahankan medali perak di Olimpiade Rio De Jainero, Brasil tahun ini. Sedangkan Yon Haryono, sebelumnya menjadi atlet binaan Imron sebelum menjadi pelatih atlet nasional.

Ia mengatakan sejumlah atlet binaan Gajah Lampung sudah tersebar di berbagai padepokan atau pengda angkat besi di seluruh Indonesia. Misalnya, di Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Papua, dan daerah lainnya.

Menurut lelaki berusia 71 tahun tersebut, pembinaan atlet angkat besi di padepokanya tidak terlalu istimewa, apalagi pada awal-awal pembinaan dengan sarana dan prasarana yang sangat terbatas.

“Kalau dulu serba kekurangan, harus membiayai sendiri sampai bertanding, tapi semangat bertarung tinggi sehingga banyak prestasi diraih,” ujarnya.

Namun, ia mengatakan saat ini sarana dan prasarana berlatih tidak menjadi masalah lagi, pemerintah daerah dan pusat sudah membantu, namun semangat petarung menjadi kendor, sehingga banyak peluang berprestasi jadi anjlok.

“Untuk mencari bibit atlet yang unggul tidaklah mudah. Dari 100 binaan belum tentu dapat satu yang terbaik, apalagi hanya 10 orang,” kata pendiri padepokan Gajah Lampung, 53 tahun silam.

Ia menyatakan tercatat lebih dari 44 atlet angkat besinya meraih medali di ajang nasional maupun internasional. Kalau ajang nasional, atlet asal Lampung selalu merajai cabang olahraga angkat besi.

Menurutnya,untuk mengelola padepokannya, tak kurang Rp 1,5 miliar ia harus keluarkan. Uang sebesar itu dikelola untuk akomodasi, konsumsi, suplemen, uang saku, dan sekolah. Saat ini masih terdapat 20-an atlet angkat besi yang “mondok” di padepokannya untuk berlatih setiap hari.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement