REPUBLIKA.CO.ID, GRESIK -- PT Barata Indonesia (Persero) melakukan pengiriman ekspor komponen Kereta Api ke dua negara yaitu Amerika Serikat (AS) dan Meksiko pada Rabu (24/8). Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Slimy Karim mengatakan, ekspor tersebut dalam dalam rangka pemenuhan kontrak jangka panjang (2011–2021) yang dilakukan perusahaan yang berkantor pusat di Gresik, Jawa Timur tersebut dengan perusahaan Standart Car Truck Company yang berkantor pusat di Illinois, Amerika Serikat.
Slimy menjelaskan, perusahaan pelat merah yang bergerak di tiga lini usaha yakni pengecoran, manufaktur engineering procurement, dan construction berbasis manufaktur ini memiliki beberapa bidang usaha di mana salah satunya adalah di bidang casting atau pengecoran logam seperti komponen kereta api untuk kebutuhan domestik dan ekspor.
Ia menambahkan, penjualan ekspor perusahaan yang berdiri pada 1901 per tahunnya sekitar 10 juta dolar AS atau sekitar 20 persen dari total penjualan.
"Untuk memenuhi standart kualitas ekspor, pabrik pengecoran milik Barata telah memiliki sertifikat AAR (Association of America Railroads) sebagai syarat untuk bisa menembus pasar ekspor ke AS dan Canada," kata Slimy, Rabu (24/8).
Slimy menyampaikan, ke depan, penjualan ekspor akan terus ditingkatkan, salah satunya dengan merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas produksi pabrik PT Barata Indonesia.
"Kami sedang dalam tahap persiapan akhir dalam rangka realisasi perencanaan investasi yang dibutuhkan untuk merevitalisasi pabrik PT Ada Indonesia (Persero) agar siap mendukung ekspor dan program-program yang sedang digalakkan oleh pemerintah seperti infrastruktur pembangkit listrik, infrastruktur logistik pelabuhan, pembangunan dan perawatan pabrik-pabrik besar seperti gula, semen, dan juga termasuk fasilitas minyak dan gas Pertamina dan PGN," ungkapnya.
Barata pada tahun ini mendapatkan alokasi Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 500 miliar. Ia meneruskan, PMN untuk Barata sudah dianggarkan pada APBN-P 2016 dan sudah mendapatkan persetujuan DPR. "Kami sedang menunggu proses pencairan saja oleh Pemerintah," ujarnya.
Slimy menilai, industri berat di Indonesia harus dikembangkan mengingat industri ini salah satu pilar dalam meraih sukses di bidang ekonomi ke depan. "Di Asia, ada Jepang, Korea, dan sekarang Tiongkok yang industri beratnya maju, ini merupakan prasyarat bagi suatu negara untuk bisa terus membangun industrinya, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonominya," katanya.