REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berencana menyiapkan reedukasi atau pendidikan ulang bagi anak-anak untuk mengantisipasi mereka terpapar ideologi terorisme seperti keterlibatan remaja dalam aksi teroris di Gereja Stasi Santo Yosep, Medan.
"KPAI secara khusus melakukan penanganan anak yang terpapar ideologi terorisme dengan pendekatan preventif dan reedukasi," kata Ketua KPAI Asrorun Ni'am Sholeh, Ahad (28/8).
Ia mengatakan penanganan yang dilakukan KPAI itu bukan hanya karena adanya insiden remaja yang terlibat teror bom di Gereja Stasi Santo Yosep, Medan, Ahad (28/8) pagi, melainkan juga pernah adanya keterlibatan remaja dalam insiden di Lampung, hingga di daerah Jawa Barat.
Pihaknya juga menyebut, penanganan anak yang terpapar ideologi terorisme tidak bisa hanya dilakukan dengan pendekatan keamanan semata, melainkan juga pendekatan pendidikan. Harapannya, paparan terorisme tidak akan masuk ke anak-anak tersebut dan bahkan tidak menjadi bibit-bibit baru terorisme.
"Pendekatan itu sesuai dengan norma keagamaan dan kenegaraan, dengan harapan paparan terorisme baru tidak masuk secara dalam ke anak-anak yang akhirnya menjadi bibit-bibit baru," tegasnya.
KPAI juga berencana menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) serta lembaga lintas pertemuan lain untuk mengadakan pertemuan terkait penanganan anak-anak yang terpapar ideologi terorisme.
"KPAI beberapa kali melakukan koordinasi dengan BNPT dan (lembaga) lintas pertemuan. Selasa (30/8) ada rapat koordinasi untuk penanganan itu," ujarnya.