REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Mantan napi terorisme Khairul Ghazali menyebut Medan sebagai kantong jihadis. Menurut dia, aksi yang dilakukan IAH (17) di gereja katolik Stasi Santo Yosep, Ahad (28/8) lalu hanya teror kecil dan bagian dari uji coba.
"Kejadian itu bagi kami yang pernah terlibat bukan hal aneh. Dalam prediksi kami itu akan terjadi dan di masa mendatang akan terjadi lebih besar lagi mengingat Medan ini kantong para jihadis. Di sini bersarang mereka," kata Ghazali, Kamis (1/9).
(Baca juga: Mantan Napi Teroris: Pelaku Teror Gereja Medan Harus Direhabilitasi)
Ghazali mengatakan, teror bom yang gagal tersebut menunjukkan jihadis sudah bersarang di Medan. Ia juga meyakini Medan sudah termasuk kantong-kantong jihad, selain Solo dan Poso.
"Banyak jihadis Medan yang dicuci otaknya baik oleh pemain lama yang masih DPO maupun oleh para ideolog baru yang terus berselancar di dunia maya dan dunia nyata," ujar dia.
Menurut Ghazali, sel-sel jihad sudah lama ada dan beraksi di Medan. Hal itu, lanjutnya, tampak dari Komando Jihad tahun 1976, peledakan gereja tahun 2000, perampokan bank Lippo tahun 2003, perampokan CIMB (2010), dan penyerangan Polsek Hamparan Perak (2010).
"Semua kejadian ini menunjukkan sel-sel jihad di Medan aktif. Maka bohonglah kalau ada pejabat yang mengatakan 'Sumut kondusif dan aman dari terorisme'," kata dia.
Ghazali mengatakan, ada banyak pengantin jihad, seperti IAH yang telah disiapkan di Sumut. Apalagi, menurutnya, masih banyak teroris yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) yang berkeliaran di Medan.
"Pasti mereka akan terus mendoktrin anggota baru terutama anak usia belasan tahun untuk jadi cikal bakal teroris," kata Ghazali.
Ghazali merupakan mantan napi yang masih menjalani pembebasan bersyarat setelah menjalani hukuman empat tahun dua bulan penjara. Dia dinyatakan bersalah karena terlibat perampokan Bank CIMB Niaga di Medan pada 2010. Majelis hakim Pengadilan Tinggi Medan pun mengubah hukumannya dari vonis lima tahun di PN Medan menjadi enam tahun penjara pada 2011.