REPUBLIKA.CO.ID, ZAMBOANGA CITY -- Komandan Angkatan Bersenjata Gabungan Sulu, BrigjendArnel dela Vega, Ahad (11/9), menyerukan tentaranya memahami dan menghormati agama dan budaya Moro. Komisi Nasional Muslim Filipina mengklaim, 11 persen dari total penduduk Filipina beragama Islam dan tinggal di kawasan tersebut.
"Kami mengucapkan selamat Idul Adha dengan tulus dan damai, dan kami mengajak masyarakat Sulu untuk bekerja sama, terus memastikan keselamatan semua anggota masyarakat," katanya.
Hal ini juga diamini Gubernur Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM), Mujiv Hataman. Ia menyerukan gencatan senjata intensif yang dilakukan selama dua pekan terakhir di Provinsi Sulu dan Basilan dapat dihentikan untuk sementara. Dengan begitu, umat Islam dapat kembali ke rumah masing-masing dan melakukan perayaan.
Mujiv mengutuk keras kelompok-kelompok militan, seperti Abu Sayyaf. "Mereka menghancurkan makna sebenarnya dari Islam. Mereka adalah pengkhianat iman kita. Mereka palsu. Kita tidak diajarkan membunuh orang yang tidak bersalah dan menculik orang untuk mendapatkan uang," ujar Hataman.
Media Asia-Pacific (AA) melaporkan, ada 20 ribu orang mengungsi di Sulu dan Basilan. Konsentrasi terbesar ada di kota Patikul, di mana pertempuran sengit terjadi antara kelompok Abu Sayyaf dan pasukan pemerintah Filipina.
Presiden Rodrigo Duterte menyatakan 12 September sebagai hari libur nasional untuk memperingati Idul Adha. Ia berjanji akan menghancurkan kelompok Abu Sayyaf. Mereka telah memenggal banyak sandera dan mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang menewaskan 14 orang di Davao City, kota tempat Duterte menjabat wali kota.
Juru bicara Pasukan Mindanao Barat (WestMinCom) Maj Filemon Tan Jr Mengatakan, pesan itu merupakan wujud solidaritas. Beberapa umat Muslim terpaksa merayakan Idul Adha di rumah sakit yang dibangun di dalam Camp Bautista, Jolo, Provinsi Sulu.
"Unit baru rumah sakit ini diharapkan dapat meningkaykan kelangsungan hidup tentara yang terluka dan memperluas perawatan medis yang bisa diberikan kepada prajurit dan keluarga mereka, sementara ditempatkan di Sulu," kata Filemon.
Sejak 26 Agustus, pasukan pemerintah melakukan gencatan senjata secara intensif di Sulu dan Basilan. Pekan lalu, angkatan laut dikerahkan ke daerah tersebut untuk memblokade para militan. Menurut Tan, 18 tentara terluka dan 28 orang luka-luka dalam serangan tersebut. Di kubu Abu Sayyaf, 59 orang dikabarkan tewas dan puluhan terluka.