Senin 26 Sep 2016 18:08 WIB

Istana: Banjir Bandang Garut Dipicu Kerusakan Hulu Sungai Cimanuk

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Angga Indrawan
Petugas TNI, Polri, serta Basarnas mencari korban pascabanjir bandang aliran Sungai Cimanuk di Lapangparis, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jabar, Jumat (23/9).
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Petugas TNI, Polri, serta Basarnas mencari korban pascabanjir bandang aliran Sungai Cimanuk di Lapangparis, Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jabar, Jumat (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir bandang yang disertai tanah longsor di Garut dipicu oleh rusaknya daerah hulu Sungai Cimanuk yang mengaliri bagian timur Provinsi Jawa Barat. Kepala Kantor Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 40 persen daerah hulu Sungai Cimanuk telah rusak.

"Misalnya kemiringan 45 derajat itu sudah ditanami sayur, ya sudah, terjadi erosi," kata dia, di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (26/9).

Menurut Teten, Presiden Jokowi telah meminta Kementerian LHK melakukan upaya penyelesaian jangka panjang supaya banjir bandang yang disebabkan oleh meluapnya aliran air sungai tak terjadi lagi. Kementerian LHK bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pertanian akan membuat action plan bersama sebagai tindak lanjut upaya penyelamatan lingkungan. Rencana aksi tersebut akan diwujudkan pascaberakhirnya masa tanggap darurat.

Teten menyebut, Presiden Jokowi juga rencananya akan mengunjungi para pengungsi dan meninjau secara langsung kerusakaan alam yang terjadi di Garut. Presiden akan melakukan kunjungan setelah upaya tanggap darurat untuk mencari korban yang hilang telah selesai.

Seperti diketahui, banjir bandang dan tanah longsor menerjang sejumlah desa di Garut dan Sumedang, Jawa Barat pada Rabu (21/9) pekan lalu. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya 27 orang tewas di Garut dan empat korban jiwa di Sumedang. Sementara, sekitar 20 korban lainnya masih dinyatakan hilang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement