Senin 26 Sep 2016 20:24 WIB

Persiapkan 'Festifal tanpa Bayangan 2017', Astronomi ITB Teliti Candi Muaro Jambi

Candi Gumpung Muarojambi
Candi Gumpung Muarojambi

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Kelompok ahli astronomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan penelitian di situs percandian Muaro Jambi, Provinsi Jambi, guna menentukan koordinat geografis komplekS candi itu secara akurat. Penelitian ini sebagai upaya untuk mempersiapkan rangkaian acara 'Festival Tanpa Bayangan 2017'.

"Kami juga mengukur waktu ketika matahari tepat berada di zenith (tiang yang berdiri tegak tidak akan mempunyai bayangan)," kata ahli astronomi dari ITB Prof Dr Suhardja D Wiramihardja, di kompleks Candi Muaro Jambi, Senin (26/9).

Selain itu, penelitian yang dilakukan para ahli astronomi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB itu juga untuk melihat konfigurasi posisi masing-masing bangunan candi Hindu-Buddha itu. "Banyak tujuannya dari penelitian yang dilakukan ini, diantaranya juga dalam mempersiapkan rangkaian acara pada Festival Tanpa Bayangan 2017," katanya.

Sebelum melakukan penelitian ini, tim melengkapi peralatan sundial (jam matahari) dan alat pengukuran bayangan matahari serta melihat dan memotret candi-candi selengkapnya.

Ahli astronomi ITB lainnya Dr Moedji Raharto mengatakan, banyak hal yang harus dijawab terkait ketiadaan bayangan Matahari di kompleks percandian Muarojambi pada waktu tertentu, sebagaimana yang dicatatkan I Tsing (pendeta Buddha) yang namanya tak akan bisa dilepaskan dari keberadaan situs Muaro Jambi di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi itu.

"Metode pengukuran bayangan matahari ini berdasarkan obervasional sains, semua ilmunya dikembangkan berdasarkan pengamatan dan dari data-data sains," katanya.

Berdasarkan catatan perjalanan I'Tsing disebutkan Candi Muaro Jambi yang merupakan komplek candi Hindu Buddha terluas di Indonesia itu diduga pusat ibu kota Kerajaan Sriwijaya. Juga dicatatkan I'Tsing salah satunya adalah pada 27 September waktu tengah hari tidak ada terjadi bayangan.

"Melakukan penelitian dari perhitungan itu untuk mengetahui apakah memang sudah ada objek dan menunjukan kita mempunya data-data yang benar," kata Raharto.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement