REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Rusia mengirim lebih banyak pesawat tempur ke Suriah untuk meningkatkan serangan udara, seperti dilaporkan surat kabar Izvestia pada Jumat (30/9), lalu. Beberapa buah pesawat tempur jenis Su-24 dan Su-34 telah tiba di pangkalan Hmeymim Suriah.
Su-25 adalah jet bermesin ganda berlapis baja yang telah teruji pada 1980 selama perang Soviet di Afghanistan. Pesawat tempur ini dapat digunakan untuk menembak target di darat atau sebagai pelempar bom.
Pertempuran terus diintensifkan selama seminggu terakhir oleh Rusia yang mendukung Pemerintah Suriah. Pertempuran dilakukan di timur Aleppo untuk menangkap pemberontak dan mengancurkan benteng terakhir mereka di kota.
Rusia dan Suriah menolak gencatan senjata antara AS dan Rusia yang disepakati pada bulan lalu. Rusia justu melancarkan serangan terhadap wilayah yang dikuasai pemberontak di Aleppo dan memunculkan potensi peperangan besar di wilayah tersebut.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, sempat melakukan pembicaraan melalui telepon tiga hari berturut-turut. Dalam pembicaraan itu, Rusia siap mempertimbangkan lebih banyak cara untuk menormalkan situasi di Aleppo.
Meski demikian, Lavrov mengecam kegagalan AS memisahkan kelompok pemberontak moderat dengan teroris yang sesungguhnya. Pasukan teroris yang dipimpin oleh kelompok bernama Nusra, telah melanggar kesepakatan gencatan senjata AS-Rusia pada 9 September, lalu.
AS menjelaskan, akan menghentikan diplomasi jika Rusia tidak mengambil langkah untuk menghentikan kekerasan. "Saat ini kami belum menutup pintu (bagi Rusia)," ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner.