REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian DIY Budi Antono mengatakan pihaknya berencana akan membentuk satu tim untuk melakukan pengawasan terkait dengan sering terjadinya kelangkaan gas melon. Menurut dia, adanya indikasi bahwa gas melon dari DIY dijual ke luar DIY karena HET (Harga Eceran Tertinggi) Gas Melon di DIY rendah.
"Kami baru melakukan koordinasi dan belum mendapatkan gambaran secara utuh untuk mengetahui penyebab kelangkaan Gas Melon. Hal ini harus ada monitoring dan untuk itu kami akan membentuk satu tim untuk melakukan pengawasan," kata Anton Jumat (14/10).
Sementara itu di tempat terpisah Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda DIY Sugeng Purwanto mengakui memang ada sinyalir bahwa harga gas melon di DIY relatif agak murah. Sehingga, ada kemungkinan gas melon tersebut 'lari' ke daerah lain.
"Namun dari hasil evaluasi kami belum ada bukti karena kami belum menangkap basah hal itu," kata dia.
Dikatakan Sugeng, adanya kelangkaan gas melon lebih dikarenakan musim hujan distribusi agak kacau dan di samping itu masyarakat sering syok karena situasi. Sehingga ‘menimbun” gas untuk persediaan sendiri. "Masyarakat yang sebenarnya hanya butuh satu sampai dua buah, karena takut kesulitan untuk mendapatkan gas di musim hujan, mereka mengambil 5-6 buah. Tapi ini sebatas untuk konsumsi sendiri. Sehingga otomatis di lapangan menjadi masalah. Itu yang kami tahu," ungkap dia.