Rabu 02 Nov 2016 18:34 WIB

Pilpres AS, Pemilih Afro-Amerika Terpecah

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump usai melakukan debat ketiga dan terakhir di Las Vegas, rabu, 19 Oktober 2016.
Foto: AP Photo/John Locher
Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump usai melakukan debat ketiga dan terakhir di Las Vegas, rabu, 19 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID,  WASHINGTON --  Pada pilpres sebelumnya tidak terlalu sulit bagi Afrika-Amerika untuk menentukan pilihan. Suara mereka bulat untuk Presiden Barack Obama.

Namun kali ini, pemilih terpecah. Padahal seharusnya mudah bagi Hillary Clinton merebut hati pemilih Afro-Amerika  karena ia didukung Obama.

Hasil jajak pendapat menunjukkan Clinton masih tersaingi rivalnya Donald Trump. Alasan penurunan dukungan bagi Clinton adalah politis dan logis.

Antusiasme pemilih Afrika-Amerika pun cukup rendah. Di North Carolina, jumlah pemilih kulit hitam menurun sekitar 16 persen. Sementara kulit putih menurun 15 persen.

Demokrat kabarnya akan merencanakan sebuah rencana agresif menjelang pemilu. Termasuk dengan kunjungan Obama ke sana. Florida pun mengalami penurunan partisipasi jadi 15 persen dari 25 persen empat tahun lalu.

Masalah bagi Demokrat tidak berakhir di sana. Di Ohio yang juga melakukan pemungutan suara awal, partisipan di area Demokrat seperti Clevelad, Columbus dan Toledo telah menurun. Banyak spekulasi bertebaran soal kemerosotan dukungan untuk Demokrat ini.

Baca juga, Obama Serukan Demokrat Bersatu Dukung Hillary-Clinton.

Meski demikian, tim kampanye Clinton yakin bisa mengejar ketertinggalan, khususnya di North Carolina dan Florida. Demokrat menaruh harapan besar pada pemilih Hispanik dan perempuan berpendidikan.

Tim yakin mereka bisa menutupi kemerosotan pemilih Afrika-Amerika. Meski di negara bagian lain, strategi itu tidak bisa diterapkan. Seperti di wilayah Guilford, populasi Afrika-Amerika mencapai satu pertiga.

Menurut surat kabar lokal, The News & Record, total pemilih yang datang adalah 88.383 suara dalam 12 hari pertama. Turun dari 100.761 dalam 12 hari pertama tahun 2012 lalu.

Seorang pemilih kulit hitam, Ronald Brooks mengatakan alasan penurunan itu cukup sederhana. Seperti dirinya yang mengaku butuh lebih banyak waktu untuk memutuskan kepada siapa suaranya dilabuhkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement