REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unjuk rasa damai pada 4 November 2016 lalu dilakukan untuk mengawal kasus hukum Basuki 'Ahok' Tjahaja Purnama soal surah al-Maidah ayat 51. Namun unjuk rasa tersebut berjalan ricuh saat malam hari, diduga karena aksi sejumlah provokator yang masih diperiksa polisi.
Ustaz Felix Siauw mengatakan, kekhawatiran akan adanya provokator dalam unjuk rasa tersebut sudah ada sejak sebelum unjuk rasa. Sehari sebelum unjuk rasa, ada seorang ibu bertanya kepada dirinya, bagaimana jika nanti ada provokator yang akan membuat kerusuhan, apakah akan membahayakannya.
"Saya terdiam sejenak lalu menyampaikan, 'Panitia sudah menyiapkan semua termasuk antisipasinya, insya Allah damai dan aman, ibu'," kata Felix Siauw dalam akun Instagram pribadinya, Sabtu (5/11).
Ia juga menambahkan, "Lagipula kalau ada kemungkinan provokasi dan ricuh pun, kita tak punya pilihan selain tetap aksi, insya Allah apa pun yang terjadi itu amal salih bagi kita," ujarnya.
"Karena perjuangan itu memang ada pengorbanan, karena itulah Allah gantikan dengan surga dan ridha-Nya, begitu yang dicontohkan pada kita oleh sahabat mulia".
"Alhamdulillah, acara aksi #BelaQuran berlangsung kondusif dan damai, adapun ricuh di akhir acara bukan karena peserta aksi, mereka tetap dalam kondisi damai walau diprovokasi dengan gas air mata".
"Dan bagi saya, Islam adalah yang paling penting, tanpa Islam apalah hidup saya, maka demi Islam dan kehormatannya, kapan pun ulama perlukan untuk turun aksi, saya siap".
"Kita kawal, apakah yang berwenang dan penguasa berani menghukum tegas penista Alquran, bila perlu sekali lagi turun aksi #BelaQuran, saya siap," tegasnya.