Selasa 08 Nov 2016 09:42 WIB

Trump Mengingatkan Bahaya Hillary Clinton Jika Terpilih

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Calon presiden AS Donald Trump berdiri di belakang rivalnya Hillary Clinton saat debat kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.
Foto: Rick T. Wilking/Pool via AP
Calon presiden AS Donald Trump berdiri di belakang rivalnya Hillary Clinton saat debat kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Hingga hari terakhir sebelum pemilihan presiden, kandidat Republik, Donald Trump tetap tidak berkomitmen pada hasil pemilu. Pada Senin (7/11), ia masih menyambangi sejumlah wilayah untuk berkampanye. Ia mengingatkan bahanya jika Hillary Clinton Terpilih.

"Ini adalah kesempatan terakhir kita," kata Trump di Pennsylvania. Seperti dilansir TIME, Trump membocorkan langkah yang akan ia ambil jika rivalnya, Hillary Clinton mendapat suara dominan.

Trump tidak mau berjanji untuk menerima hasil pemilu. Hingga saat ini, ia membiarkannya mengambang. "Saya akan benar-benar menerima hasil pemilu presiden bersejarah dan hebat, jika saya menang," kata dia sebelumnya di Ohio.

Jadi, jika kalah, Trump mengatakan akan menantang hasil perolehan suara. Ia mungkin akan meminta penghitungan ulang seperti tahun 2000 saat Al Gore dan George Bush terpaut hanya 500-an suara.

Jika hasilnya tetap kalah, ia mengatakan akan menjerat Clinton dalam kasus hukum dan mungkin memakzulkannya. Dua hari sebelum pemilu, Trump sempat mengatakan mungkin nasib Clinton akan ditentukan di pengadilan kriminal.

Pada 2 November, Trump juga mengatakan ia akan membuat krisis konstitusional yang belum pernah terjadi sebelumnya. "Ingat ketika (Bill Clinton) dimakzulkan karena berbohong? Apa kita jalani langkah itu juga?," kata dia.

Baca juga, Trump Kewalahan Hadapi Hillary.

Trump bersikeras Clinton berbahaya. Menurutnya, mantan menlu itu berencana mengimpor generasi teroris, ekstremis dan orang radikal ke AS. Trump tetap pada kebijakannya mengakhiri program pengungsi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement