Rabu 09 Nov 2016 07:40 WIB

Pengamat: Komunikasi Jokowi dengan Rakyat Mampet

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Ilham
Jokowi
Foto: setkab.go.id
Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo tentang adanya aktor politik yang menungganggi aksi 4 November dinilai kontraproduktif. Hal tersebut dinilai justru malah memunculkan rasa saling mencurigai.

Realitasnya, telah terjadi fragmentasi kekuatan-kekuatan politik dan juga masyarakat. "Pressure from below (tekanan dari bawah) dalam unjuk rasa damai 4 November merupakan refleksi mampetnya komunikasi antara pemimpin dan yang dipimpin," kata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro kepada Republika.co.id, kemarin.

Kanalisasi aspirasi tak terjadi sehingga muncullah unjuk rasa. Menurut dia, dalam suatu unjuk rasa berskala besar seperti aksi 4 November, tarikan-tarikan politik dimungkinkan. Masalahnya, seberapa besar respons pemerintah mampu meredam kegalauan umat Islam saat ini.

Semakin tanggap pemerintah, semakin kecil kemungkinan intervensi politik. "Yang pasti jangan sampai tuduhan-tuduhan tersebut berubah menjadi rumor dan fitnah politik yang membuat politik Indonesia makin keruh," kata Siti.

Seperti diberitakan sebelumnya, Jokowi menyebut bahwa aksi damai 4 November telah ditunggangi aktor politik yang memanfaatkan situasi. Pasalnya, aksi 4 November yang berjalan damai dan tertib hingga Maghrib, mendadak berubah ricuh setelah waktu Isya. Jokowi sendiri enggan mengungkap siapakah aktor politik yang dimaksud sampai memiliki cukup bukti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement