Kamis 24 Nov 2016 21:14 WIB

Pembelaan Menteri Imigrasi Australia Soal Ucapannya yang Singgung Muslim

 Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton.
Foto: AAP
Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menteri Imigrasi Australia Peter Dutton tetap membela ucapannya bahwa menerima pendatang Muslim keturunan Lebanon di Australia merupakan kekeliruan. Dia bersikukuh yang dia sampaikan itu benar dan tidak bakal terintimidasi.

Menteri Dutton menunjuk komunitas Lebanon di Australia saat bicara di Parlemen pekan ini, dengan menyebut kebanyakan tersangka terorisme berasal dari komunitas tersebut. Komentar itu menyinggung komunitas Muslim keturunan Lebanon, namun Menteri Dutton mengatakan pihaknya hanya berdiskusi apa adanya mengenai imigrasi.

"Mayoritas warga Australia keturunan Lebanon taat hukum, pekerja keras, warga yang baik yang dinodai oleh segelintir elemen dalam komunitas mereka, yang melakukan perbuatan salah. Saya bicara berdasarkan fakta dan ingin memastikan agar kita bisa memiliki negara yang baik," katanya.

Partai Buruh menuduh Menteri Dutton melemahkan kemampuan petugas keamanan untuk bekerja sama dengan komunitas keturunan Lebanon dalam penanganan terorisme. Klaim ini telah dibantah Jaksa Agung George Brandis.

Menteri Dutton kini balik mengkritik Pemimpin Oposisi Bill Shorten. "Bill Shorten bsia terus menjadi elite yang rumit di negara ini," katanya seraya menambahkan, "Dia bisa bicara secara ironis kepada rakyat, dia bisa licin dengan bahasa yang dia pakai. Saya tak akan terintimidasi."

Bill Shorten menyebut komentar Dutton itu tercela dan dia harus minta maaf segera.

Tanggapan Asosiasi Muslim Lebanon

Anggota DPR dari Partai Koalisi Andrew Laming membela komentar Dutton dengan menyatakan sang menteri hanya bicara tentang prima facie truth atau sesuatu yang sudah dianggap kebenaran mengenai komunitas tersebut.

Namun Ketua Asosiasi Muslim Lebanon Samier Dandan menyatakan komentar Dutton tidak berdasarkan informasi dan tidak bisa diterima. "Jangan kita berdebat kusir di sini. Apa yang diucapkan Dutton itu rasial, apa yang dia maksudkan itu rasial, dan kurangnya kecaman di Parlemen mencerminkan penggambaran rasialisme dalam bagaimana kita bicarakan tentang minoritas di Australia," tuturnya.

"Komunitas Lebanon Australia bukan umpan politik," tambah Dandan.

Menteri Dutton sebelumnya juga mengkritik mantan PM Malcolm Fraser, menyebutnya "membuat kesalahan dengan mendatangkan sejumlah orang" ke Australia sebagai bagian dari kebijakan imigrasinya di 1970-an. Anggota DPR dari Partai Buruh Linda Burney menyatakan Menteri Imigrasi sangat dongkol setelah menghadapi kritikan atas komentarnya.

"Di Dapil (daerah Pemilihan) Barton banyak warga Australia keturunan Lebanon yang bangga berkontribusi dalam perekonomian ... Mereka itu kawan saya dan mereka warga yang baik," katanya.

Burney mengatakan komunitas keturunan Lebanon sangat marah dan Menteri Dutton telah menimbulkan kesulitan bagi mereka. "Orang-orang ini hidup di negeri ini sepanjang hidupnya," ujarnya. "Mereka pantas dihormati."

Sementara itu anggota DPR Anne Aly dari Partai Buruh, Muslimah pertama yang terpilih sebagai anggota DPR Australia serta pakar pemberantasan terorisme, menilai komentar Menteri Dutton "sangat mengecewakan" dan khawatir disampaikan atas dasar kedengkian.

Aly mengaitkan komentar Dutton dengan ancaman pembunuhan terhadap keluarganya melalui email. Email itu menyuruhkan meninggalkan Australia dan bawa serta seluruh teman-teman terorisnya. Menteri Dutton mengutuk ancaman itu, namun menyatakan Aly seharusnya mempertanyakan pemimpin partainya sendiri.

"Saya akan kutuk siapa saja yang melontarkan ancaman pembunuhan, tentu saja. Namun lagi-lagi, pertanyaan yang dia harus tanyakan kepada Bill Shorten adalah mengapa dia menggiring hal ini menjadi isu politik yang menguntungkan dirinya sendiri?," ujarnya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/menteri-imigrasi-australia-bela-ucapannya-terkait-warga-keturun/8054394
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement